"Ponsel 5G ada kemungkinan kurang 300 dolar dalam tiga tahun," kata Director ICT Strategy Huawei Indonesia, Mohammad Rosidi, saat paparan di Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur, Kamis.
Ponsel 5G saat ini hanya tersedia untuk seri premium, Huawei menjual Mate 30 versi 5G seharga 1.199 dolar Amerika Serikat, sementara Samsung membanderol Galaxy Note 10 5G mulai harga 1.299 dolar AS.
Prediksi Huawei mengenai keterjangkauan harga ponsel 5G didasari penetrasi jaringan tersebut yang dinilai berbeda dengan era jaringan generasi sebelumnya.
Rosidi mencontohkan ketika jaringan 3G dan 4G digelar, ponsel yang mendukung jaringan tersebut baru tersedia beberapa tahun kemudian. Berbeda dengan 5G, perangkat mobile untuk jaringan terbaru ini masuk bersamaan dengan ekosistem.
"Penetrasi 5G seharusnya lebih cepat," kata Rosidi.
Ekosistem untuk ponsel 5G misalnya chipset yang sudah mendukung jaringan tersebut.
Dengan harga ponsel 5G yang terjangkau, akan semakin banyak konsumen yang mau beralih ke ponsel tersebut sehingga akan semakin banyak orang yang terkoneksi ke jaringan 5G.
"Semakin murah harga ponsel, semakin besar pula dampak langsungnya," kata Rosidi.
Indonesia belum diketahui kapan tepatnya akan mengadopsi jaringan ini dan belum bisa dipastikan kapan ponsel 5G akan dipakai di Indonesia.
Jika Indonesia sudah menggunakan ponsel 5G, Rosidi menilai ponsel tersebut akan mengikuti aturan regulasi konten, ada persentase yang harus dipenuhi bahwa ponsel tersebut memiliki konten lokal.
Konten lokal diyakini merupakan gambaran bagaimana Indonesia mengadopsi teknologi.
Baca juga: Jaringan 4G masih jadi prioritas di Asia Pasifik pada 2020
Baca juga: Kominfo harap ekosistem siap sebelum 5G datang
Baca juga: Kebutuhan 5G di Indonesia ada di sektor bisnis
Pewarta: Natisha Andarningtyas
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2019