PT Pupuk Indonesia (Persero) siap merevitalisasi pabrik pupuk berusia tua dan mengoptimalkan penggunaan gas untuk mengantisipasi persoalan pasokan gas di industri pupuk dan petrokimia.Revitalisasi pabrik selain menambah kapasitas, juga untuk mengganti pabrik-pabrik berusia tua yang boros konsumsi bahan bakar dengan pabrik baru yang jauh lebih efisien.
Kepala Komunikasi Korporat PT Pupuk Indonesia, Wijaya Laksana mengatakan langkah tersebut sejauh ini cukup efektif dalam mengurangi konsumsi gas pabrik-pabrik pupuk milik anak perusahaannya.
"Revitalisasi pabrik selain menambah kapasitas, juga untuk mengganti pabrik-pabrik berusia tua yang boros konsumsi bahan bakar dengan pabrik baru yang jauh lebih efisien," katanya Wijaya dalam keterangannya di Jakarta, Kamis.
Ia mencontohkan, pabrik berusia tua dengan rata-rata konsumsi gas mencapai 40 million british thermal unit (MMBTU/juta kaki kubik), diganti dengan pabrik baru yang konsumsi gasnya hanya 26 MMBTU.
"Dengan penggantian itu sudah terjadi penghematan yang cukup signifikan," kata Wijaya,
Baca juga: DPR panggil Kementan-Pupuk Indonesia bahas distribusi pupuk subsidi
Selain itu, pihaknya juga dapat menghemat konsumsi gas melalui optimalisasi pemakaian gas yang difokuskan hanya sebagai bahan baku.
Sebelumnya gas tidak hanya untuk bahan baku produksi pupuk, tapi juga sebagai sumber energi utilitas pabrik seperti listrik, steamed, hingga uap.
"Kini utilitas kami ganti dengan batu bara, sementara gas kami maksimalkan sebagai bahan baku," ujar Wijaya.
Sebelumnya, Anggota Komisi VII DPR RI Ratna Juwita Sari mengatakan mendorong optimalisasi konsumsi gas untuk kebutuhan industri dalam negeri, salah satunya untuk industri pupuk dan petrokimia karena sektor ini yang mengonsumsi gas dalam jumlah besar.
"Indonesia sebenarnya banyak menghasilkan gas, yang harusnya bisa dioptimalkan untuk konsumsi domestik. Untuk itu harga gas agar bisa dturunkan agar industri pupuk dan petrokomia lebih efisien," kata Juwita.
Untuk itu, pemerintah perlu menekan harga gas industri agar produksi pupuk nasional bisa berjalan dengan baik,
Baca juga: Terapkan GCG, Pupuk Indonesia dinobatkan jadi perusahaan terpercaya
"Kalau kita masih defisit bagaimana caranya ekspor? Kalau dilihat dari neraca gas akan lebih bijaksana jika pemerintah menunda kenaikan harga gas sesuai dengan Perpres 40 Tahun 2016," katanya.
Dengan menekan harga gas agar industri tersebut mendapatkan angka yang lebih efisien, sehingga bisa memperkuat ketahanan pangan nasional.
Pewarta: Royke Sinaga
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2019