"Di antaranya video dan foto harimau yang mati ditombak warga, sekolompok warga bersama TNI-Polri akan menangkap harimau yang telah menyerang warga hingga tewas, serta beberapa harimau yang tengah menyerang manusia," kata Kepala BBKSDA Riau, Suharyono menyebutkan contoh visual hoaks yang beredar, di Pekanbaru, Jumat.
Ia menjelaskan video viral tentang harimau mati ditombak warga terjadi di Pagar Alam, Sumatera Selatan. Kemudian video harimau yang menyerang warga kejadian sebenarnya berlokasi di kebun binatang di China, dan untuk foto harimau yang dibunuh kejadiannya di Sumatera Utara.
Baca juga: BBKSDA Riau pasang peringatan dan berbagi tips hindari harimau
"Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Riau memastikan kejadian tersebut di luar Riau alias hoaks. Video itu hasil editan dari beberapa kejadian yang lokasinya berbeda," katanya.
Ia mengatakan visual hoaks itu kini viral dan menyebabkan keresahan di masyarakat. Hal itu bisa dilihat dari banyaknya laporan yang masuk melalui pusat layanan aduan (call centre) BBKSDA Riau.
Baca juga: Berita harimau sumatera berkeliaran di Duri ternyata hoaks
"Dengan banyaknya pertanyaan yang masuk ke call centre, BBKSDA Riau menunjukkan bahwa keresahan warga khususnya warga di Provinsi Riau meningkat seiring adanya beberapa jejak yang memang ditemukan, dan telah diidentifikasi serta diduga sebagai jejak harimau sumatera," ujarnya.
Suharyono mengingatkan bahwa jangan sampai kejadian kemunculan harimau sumatera (panthera tigris sumatrae) ini dimanfaatkan oleh pihak tertentu untuk suatu kepentingan.
Terhadap jejak yang diduga sebagai jejak Si Belang, lanjutnya, BBKSDA Riau telah menurunkan tim untuk melakukan observasi. Tim tersebut juga memberikan sosialisasi edukasi kepada masyarakat agar tidak terjadi konflik antara manusia dan harimau sumatera.
"Untuk hari ini akan di pasang 'camera trap' di beberapa titik di mana jejak Harimau Sumatera ditemukan," kata Suharyono.
Baca juga: Lima pemburu harimau sumatera di Riau ditangkap
Baca juga: Petani pagaralam minta dievakuasi menduga temu tujuh harimau
Pewarta: FB Anggoro
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2019