"Ya memang benar, karena kita harus sadar bahwa masih banyak penyakit yang ada di Indonesia baik sifatnya menular maupun tidak untuk diatasi bersama," kata Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) dan Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Bambang Brodjonegoro dia di Jakarta, Jumat.
Baca juga: Menristek dorong program Riset Pro dilanjutkan
Oleh karena itu, kondisi tersebut harus menjadi perhatian semua pihak terutama sektor kesehatan dan para peneliti untuk melakukan penelitian yang lebih mendalam.
"Tujuannya adalah bagaimana mencari penangkal atau cara mencegah penyakit-penyakit itu," ujar dia.
Di sisi pemerintah, Kemenristek akan mendorong dari segi fasilitas termasuk pula anggaran dan sebagainya terutama terkait riset yang sifatnya preventif maupun kuratif atau menyembuhkan.
Baca juga: Menristek dorong inovasi untuk hidupkan kembali industri Indonesia
Ia mengatakan adanya kerjasama antara Indonesia dan Malaysia di bidang neurosciences akan bermanfaat bagi kedua negara tersebut.
Apalagi isu dan kondisi Indonesia dan Malaysia tidak jauh berbeda yakni sama-sama anggota Asean dan merupakan negara kategori tropis. Sehingga hal itu diharapkan dapat memperkuat riset tentang neurosciences.
"Tentunya sejumlah kesamaan ini diharapkan menjadi kolaborasi riset yang bisa memberikan solusi dan permasalahan terutama terkait neurosciences," katanya.
Indonesia dan Malaysia melakukan riset terkait neurosciences dengan melibatkan delapan peneliti dari lima universitas asal Malaysia. Kemudian 22 tim peneliti Tanah Air yang merupakan gabungan dari beberapa perguruan tinggi yaitu Universitas Diponegoro (Undip).
Kemudian Universitas Yarsi, Universitas Indonesia, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Universitas Tarumanegara dan Balitbang Kementerian Kesehatan (Kemenkes).
Baca juga: Menristek: Fokus riset 2020 bantu tuntaskan permasalahan ekonomi
Baca juga: Perempuan peneliti Indonesia raih anugerah L'Oreal-UNESCO diapresiasi
Pewarta: Muhammad Zulfikar
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2019