• Beranda
  • Berita
  • Hipmi: Anak cucu yang menggurita bikin daya saing BUMN melemah

Hipmi: Anak cucu yang menggurita bikin daya saing BUMN melemah

15 Desember 2019 19:30 WIB
Hipmi: Anak cucu yang menggurita bikin daya saing BUMN melemah
Ketua Umum Badan Pengurus Pusat Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (BPP HIPMI) Mardani H Maming. (antara/foto/firman)

Maka kita usul, tawarkan saja ke swasta. Di-tender ke swasta

Ketua Umum Badan Pengurus Pusat Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (BPP Hipmi) Mardani H. Maming menyatakan dukungannya atas rencana Menteri BUMN Erick Thohir mengkaji anak-cucu usaha BUMN karena kehadiran mereka yang menggurita, menjadi sumber pemborosan dan membuat daya saing BUMN melemah.

"Maka kita usul, tawarkan saja ke swasta. Di-tender ke swasta," katanya dalam keterangannya di Jakarta, Minggu.

Maming menjelaskan rantai pasok (supply chain) BUMN saat ini dimonopoli oleh anak dan cucu usaha BUMN itu sendiri. Ia bahkan menyebut satu BUMN bisa memiliki puluhan bahkan ratusan anak dan cucu.

Akibat monopoli dari hulu ke hilir ini, rantai pasok BUMN tidak efisien dan menjadi ajang pemborosan baru karena proses pengadaan di BUMN menjadi sangat panjang.

"Memang akhirnya, pengadaan itu diserahkan ke swasta. Tapi panjang. Sebab melalui anak dan cucu-cucu usahanya. Kenapa tidak langsung mother company-nya saja yang langsung tender ke swasta," katanya.

Dengan ditawarkan ke swasta, Maming menilai akan terjadi persaingan yang ketat di pihak vendor atau calon pemasok.

Dengan demikian, BUMN akan mendapatkan harga yang kompetitif dan kualitas barang dan jasa yang bagus pula.

"Kita lihat di BUMN itu pemasoknya hampir tidak ada persaingan, ada penunjukan langsung karena anak dan cucu usaha atau tiba-tiba ada aturan anak usaha diminta bermitra dengan swasta. Padahal swasta bisa bersaing secara sehat memasok ke BUMN. Ruang-ruang ini tidak cukup sehat tercipta di BUMN," ujarnya.

Dampak dari pemborosan itu membuat daya saing BUMN sangat lemah. Profitabilitas BUMN, misalnya, disebutnya sangat memprihatinkan. Pasalnya, dari 142 BUMN, hanya sebagian kecil yang bisa dianggap memiliki profit dan punya kontribusi terhadap pendapatan negara. Dari laba BUMN sebesar Rp189 triliun, hanya 15 BUMN yang berkontribusi hingga 73 persen.

Oleh karena itu, Maming meminta agar ekosistem usaha BUMN disinergikan dengan sektor swasta.

"Swasta itu kan 100 persen nafas atau rohnya daya saing dan persaingan. Kalo BUMN, yang separuh nafasnya sosial, bersinergi dengan swasta, marwah kompetitif itu akan tertransfer juga ke BUMN," imbuhnya.

Maming juga sepakat dengan Erick Thohir yang meminta agar BUMN fokus menggarap lini usaha intinya saja.

Ia mencontohkan, industri keuangan yang dikelola BUMN saat ini, kinerjanya sangat bagus. Hal itu, menurut dia, terjadi karena industri keuangan sangat ketat membatasi penguasaan usaha yang diluar core business BUMN Perbankan.

"Bank-bank kita kinerjanya bagus-bagus. Aturannya ketat di sana. Mereka dilarang berbisnis di luar keuangan. Kan lucu kalau Bank Mandiri tiba-tiba punya bisnis laundry," ujar Maming.

Baca juga: Pasca-evaluasi anak cucu usaha, BUMN diharapkan bisa "go global"

Baca juga: Wapres: Anak-cucu perusahaan BUMN jangan ambil peran usaha kecil

Baca juga: Kementerian BUMN akan evaluasi anak, cucu dan cicit BUMN


 

Pewarta: Ade irma Junida
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2019