"Pasar dunia masih sangat terbuka," kata Menteri Edhy dalam acara Temu Stakeholder Bisnis Kelautan dan Perikanan di Gedung Mina Bahari KKP, Jakarta, Senin.
Menurut Edhy Prabowo, pihaknya telah menerima Duta Besar China beberapa waktu lalu, dan terungkap bahwa Negeri Tirai Bambu itu sangat ingin agar produk akuakultur Indonesia dapat masuk ke negara mereka.
Baca juga: PT Bomar masih kekurangan pasokan udang untuk pasar ekspor
Masih terkait dengan udang, Menteri Kelautan dan Perikanan juga menyoroti masih timpangnya produksi yang dihasilkan pengusaha besar dengan menggunakan sistem super-intensif, dengan hasil produksi petambak rakyat.
"Produksi 1 hektare tambak udang rata-rata kalau pengusaha besar bisa sampai 50 ton per tahun, bahkan yang memakai sistem intensif bisa sampai sekitar 80 ton per hektare per tahun," ungkapnya.
Sedangkan hasil produksi udang tambak rakyat rata-rata ditemukan hanya sekitar 1 ton per hektare per tahun.
Hal tersebut sangat disayangkan karena tambak udang di seluruh wilayah Nusantara diperkirakan dapat mencapai sekitar 300.000 hektare.
Baca juga: Menteri Edhy targetkan ekspor udang meningkat pesat
Namun, ia juga menyoroti mengenai limbah yang dihasilkan oleh tambak udang dan diharapkan produksi komoditas tersebut dapat lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan.
Sebagaimana diwartakan, KKP memprioritaskan pengembangan budi daya udang dengan sistem kluster yang dinilai juga dapat membuat investasi terhadap komoditas tersebut dapat lebih mudah karena terpusat di satu kawasan.
"Budidaya udang berbasis kluster merupakan bagian upaya KKP dalam mengembangkan prinsip budidaya secara bertanggung jawab dan berkelanjutan. Dengan prinsip kluster, pengelolaan budi daya udang dilakukan dalam satu kawasan dengan manajemen teknis dan usaha yang dikelola secara bersama," kata Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo.
Menurut Edhy Prabowo, tujuan dari prinsip kluster tersebut adalah untuk meminimalkan kegagalan serta dalam rangka meningkatkan produktivitas namun tetap bersifat ramah lingkungan.
Menteri Kelautan dan Perikanan juga menyatakan, pihaknya juga memiliki program Pengelolaan Irigasi Tambak Partisipatif (PITAP) yang dilakukan untuk meningkatkan fungsi jaringan saluran irigasi tambak milik pembudidaya yang mengalami penurunan.
Dukungan infrastruktur itu, ujar dia, akan meningkatkan luas lahan tambak yang terfasilitasi sumber daya air yang baik, sehingga berdampak terhadap peningkatan produksi budi daya. Di samping itu, PITAP akan mempermudah aksesibilitas dan konektivitas dalam pengembangan perikanan budi daya.
"Kita ingin daya saing udang kita naik dan target saya yakni memperluas pasar dan meningkatkan supply share kita di pasar ekspor. Ini tantangan kita ke depan," katanya.
Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2019