Jakarta (ANTARA News) - Jurubicara Kepresidenan Dino Patti Djalal, di Jakarta, Selasa, menegaskan bahwa tidak ada satu negara pun yang mendukung isu separatisme di Papua.
"Tidak ada satu pun negara anggota PBB yang mendukung isu separatisme di Papua sehingga posisi Indonesia sangat solid," kata Dino di kantor Kepresidenan.
Dino mengemukakan hal itu saat menanggapi aksi peluncuran "International Parliamentarians for West Papua" di Inggris.
Walaupun begitu, Dino mengakui bahwa memang ada segelintir anggota parlemen dan LSM yang mendukung aksi itu.
"Inisiatif International Parliamentarians itu kandas dan posisi pemerintah Inggris pun tetap mendukung integritas Indonesia," katanya.
Parlemen Inggris, lanjut dia, juga menghargai serta menghormati wilayah teritorial Indonesia.
"Situasi di lapangan juga baik," katanya.
Sementara itu sebelumnya pemerintah Indonesia melalui Jurubicara Departemen Luar Negeri Teuku Faizasyah mengatakan bahwa aksi tersebut tidak signifikan.
Ia menjelaskan bahwa peluncuran International Parliamentarians for West Papua di Inggris pada 15 Oktober 2008 itu hanya dihadiri oleh dua orang anggota parlemen Inggris --parlemen Inggris terdiri atas House of Lords sejumlah 746 orang dan House of Common sejumlah 646 orang-- dan sekitar 30 peserta yang umumnya LSM yang selama ini memang pro kemerdekaan Papua.
Dengan adanya peristiwa itu, lanjutnya, maka dapat dilihat bahwa masalah kemerdekaan Papua justru bukanlah suatu hal yang menjadi isu.
Menurut Faiza, aksi tersebut hanya didukung oleh orang-orang yang sama yang selalu menggunakan referensi Indonesia di masa 90-an untuk memandang kasus Papua, padahal saat ini telah diberlakukan otonomi khusus di Papua sehingga isu-isu pro-kemerdekaan ini tidak relevan.
Menurut laporan dari KBRI London, kegiatan di dalam gedung parlemen tersebut tidak mendapat perhatian dari para anggota parlemen yang lain, kalangan media dan publik dan tidak secara resmi masuk dalam agenda kegiatan House of Common serta tidak tercatat dalam pengumuman di lobbi gedung Parlemen. Selain itu kegiatan demonstrasi dengan menyanyi dan menari yang dilakukan sebelum dan setelah acara kegiatan tersebut di luar gedung Parlemen Inggris juga kurang mendapat perhatian dari publik.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008