Streetwear adalah tren berbusana yang berangkat dari tren fesyen era 90-an dengan produk-produk berasal dari gaya hidup hip hop hingga skate yang berkarakter nyaman dipakai.
Abloh yang juga merupakan artistic director pakaian pria di Louis Vuitton itu mengatakan sudah cukup orang kemana-mana pakai kaus dan sneakers.
"Jelas aku akan mengatakan itu akan mati, kau tahu? Sudah saatnya usai. Di benakku, berapa banyak lagi T-shirt yang akan kita punya, berapa banyak hoodies, berapa banyak sneakers?" Kata desainer fesyen asal Amerika Serikat yang juga berprofesi sebagai seorang DJ dan produser musik itu pada Dazed, Selasa (17/12).
Abloh adalah yang pertama menaikkan derajat koleksi standar di lemari pakaian seperti kaus hingga sneakers menjadi barang mewah penuh gaya.
Pada 2012, dia mencetak tulisan "Pyrex Vision" besar-besar di belakang kemeja flanel Ralph Lauren.
Pyrex Vision adalah butik kecil-kecilan miliknya yang jualan fesyen streetwear. Dia menyulap barang-barang stok lama karya rumah desain Ralph Lauren itu menjadi karya baru berharga ratusan dolar.
Saat ditanya kenapa streetwear mati gaya di 2020 dan digantikan gaya vintage, Abloh mengatakan gaya vintage bisa mengekspresikan pengetahuan dan gaya personal seseorang.
"Fesyen akan berubah dari belanja baju baru ke bongkar-bongkar koleksi lama," katanya.
Mungkin ini akan jadi kabar buruk bagi para pengkoleksi sneakers.
Baca juga: Kolaborasi unik biskuit dan "streetwear" dalam Urban Sneaker Society
Baca juga: Merk pakaian pria asal Indonesia ini perluas pasar sampai ke Amerika
Baca juga: Indonesia bidik pasar AS ekspansi produk "streetwear"
Pewarta: Ida Nurcahyani
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2019