Direktur Jenderal Industri Logam Mesin Alat Transportasi dan Elektronika Kementerian Perindustrian Harjanto mengakui bahwa produk rel kereta yang digunakan di Indonesia sebesar 100 persen masih diimpor dari berbagai negara, karena industri dalam negeri belum mampu memproduksinya.Kalau kereta api, gerbongnya memang bisa kita buat sendiri, tapi relnya apa bisa kita buat
"Kalau kereta api, gerbongnya memang bisa kita buat sendiri, tapi relnya apa bisa kita buat? Tidak ada pabriknya di sini," kata Harjanto usai menyampaikan Kuliah Umum tentang Baja Lokal vs Baja Impor di Jakarta, Rabu.
Baca juga: Kemenperin sebut kualitas dan harga jadi alasan impor baja
Harjanto memaparkan, sebagian besar komponen kereta api sudah dapat diproduksi di dalam negeri, mulai dari bogie atau sistem kesatuan roda pada kereta api hingga sistem pengkabelan (wiring).
Kemampuan Indonesia membangun perkeretaapian tersebut membuat sejumlah negara melakukan pemesanan unit kereta ke Indonesia. Dalam hal ini, Harjanto menyampaikan bahwa Madagaskar menyampaikan minatnya untuk memesan kereta ke Indonesia.
Namun, lanjutnya, saat ditanya apakah Indonesia mampu memproduksi rel, Harjanto mengakui bahwa hal tersebut belum dapat dipenuhi.
"Ada orang minta untuk dibangunkan sistem kereta api di Madagaskar. Contoh ini ada proyek yang ditawarkan. Tapi begitu pengusaha nanya ke saya 'pak relnya gimana?' relnya tidak bisa," ungkap Harjanto.
Untuk itu, Kemenperin mengembangkan sebuah jaringan bernama Sistem Baja Nasional (SIBANA) yang akan mengakomodir berbagai jenis baja yang sudah dapat diproduksi di dalam negeri dan yang belum tersedia, termasuk baja yang digunakan untuk rel kereta.
"Nah, dengan data ini nanti bisa dilihat baja yang memang sudah bisa diproduksi di dalam negeri dengan yang belum. Sehingga, mampu mengundang investor untuk masuk," tukas Harjanto.
Baca juga: Kemenperin bakal tinjau ulang 2 aturan soal impor baja, ini alasannya
Baca juga: Cegah polemik industri baja, Kemenperin bangun basis data Sibana
Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2019