"Semesta" berkisah tentang mereka yang merawat Indonesia. Para protagonis film ini terdiri dari tujuh sosok yang berasal dari latar belakang berbeda, mulai dari tempat tinggal, budaya, hingga agama.
Mereka juga berasal dari Aceh, Jakarta, Yogyakarta, Bali, Kalimantan, Flores serta Papua. Kehadiran ketujuh sosok ini memang dipilih dengan seksama untuk mewakili manusia dan alam Indonesia yang beragam.
"Dengan sajian kisah-kisah dari berbagai penjuru Indonesia, film ini membuka wawasan kita, dan memberikan inspirasi untuk berbuat sesuatu sekecil apapun itu. Sebab apapun latar belakang agama, budaya, profesi dan tempat tinggalmu, kita tetap bisa berbuat sesuatu untuk alam Indonesia dan dunia yang sekarang tengah mengalami krisis," ujar Nicholas melalui keterangan resmi yang diterima Antara, Rabu.
Bersama Mandy Marahimin yang juga bertindak sebagai produser, "Semesta" digarap sedemikian rupa agar tidak membosankan. Dari segi produksi, pengambilan gambar, perekaman suara, pembuatan musik ilustrasi hingga tahap penyuntingan dikemas dengan apik agar nyaman untuk disaksikan di bioskop.
"Kami ingin menghapus stigma bahwa dokumenter adalah tontonan yang membosankan. Makanya kami membuat "Semesta" dengan suguhan berbeda. Latar belakang saya dan Nicholas Saputra yang sebelumnya berkecimpung dalam produksi film-film fiksi sangat membantu," kata Mandy yang pernah memproduseri "Kulari ke Pantai", "Keluarga Cemara" dan "Bebas".
Film yang disutradarai oleh Chairun Nissa ini akan tayang terbatas di bioskop mulai 30 Januari 2020. "Semesta" masuk nominasi Festival Film Indonesia 2019 untuk kategori Film Dokumenter Terbaik.
Film ini juga telah melakukan World Premiere di Suncine International Enviromental Film Festival, sebuah festival film di Barcelona yang khusus untuk film dokumenter bertema lingkungan.
Baca juga: Nicholas Saputra: Anak adalah masa depan bangsa
Baca juga: KLHK dan Nicholas Saputra kerja sama penayangan film perubahan iklim
Baca juga: Film "Semesta" digunakan untuk kampanye kesadaran perubahan iklim
Pewarta: Maria Cicilia
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2019