"Masjid yang akan dibangun di Solo nantinya harus dapat menjadi Pusat Pengarusutamaan Moderasi Beragama di Indonesia. Masjid ini harus dapat dikelola secara profesional yang terintegrasi dengan Islamic Center," kata Menteri Agama (Menag) dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Rabu.
Di sela kunjungannya di Abu Dhabi pada 14-17 Desember itu, Fachrul mengatakan pembangunan masjid di Solo merupakan salah satu bentuk komitmen kedua negara dalam rangka kerja sama pengarusutamaan moderasi beragama di kedua negara.
"Imam masjid dapat kita datangkan dari UEA dan begitu juga sebaliknya kita akan mengirimkan imam masjid kita ke UEA. Intinya masjid ini harus dapat menjadi simbol toleransi dan harmoni," katanya.
Menurut Menag, rencana pembangunan masjid tersebut dalam tahap pengurusan aset tanah dari Pertamina. Peletakan batu pertama masjid akan dilakukan setelah Presiden Joko Widodo bertemu Pangeran Muhammad bin Zaid yang direncanakan awal Januari 2020.
Di UEA, Menag juga sempat berkunjung ke Grand Mosque Abu Dhabi. Menag mengatakan terinspirasi dengan manajemen masjid yang profesional dan modern.
Grand Mosque Abu Dhabi, kata dia, bukan hanya mewah dan megah secara konstruksi, tapi juga menampilkan dan mengajarkan nilai-nilai Islam yang terbuka, toleran dan inklusif. Masjid dapat dikunjungi wisatawan dari berbagai negara dengan berbagai latar belakang agama dan ras.
"Masjid ini mengajarkan kita tentang pentingnya menerapkan nilai-nilai toleransi, keterbukaan dan inklusif. Saya berharap masjid yang akan dibangun di Solo nanti dapat mencerminkan nilai-nilai seperti itu," kata dia.
Menag mengingatkan bahwa pemeluk agama bisa jadi tidak membaca kitab suci pemeluk agama lainnya. Namun, mereka bisa saling membaca melalui perilaku dan sikap masing-masing.
"Di situlah pentingnya mengamalkan nilai keagamaan dalam perilaku hidup, termasuk dalam toleransi dan keterbukaan," katanya.
Pewarta: Anom Prihantoro
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2019