"Untuk menjadi negara maju salah satunya harus mengedepankan inovasi," kata Menristek Bambang Brodjonegoro dalam sambutannya di acara BIG 2019 yang digelar di Auditorium Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Jakarta, Kamis.
Ia mengatakan tantangan terberat dalam upaya memajukan industri di Indonesia adalah kurangnya inovasi dan kolaborasi antara para inovator atau peneliti dengan pelaku bisnis untuk mencapai satu hasil inovasi yang bisa diindustrialisasikan.
"Tahapan terberat di dalam inovasi di Indonesia adalah yang disebut dari nomor dua ke nomor tiga. Nomor duanya adalah prototype, nomor tiganya industrialisasi," katanya.
Baca juga: Kemenristek dorong peningkatan inovasi industri lewat BIG 2019
Baca juga: Menristek ingin inovasi kesehatan tingkatkan kualitas hidup masyarakat
Kolaborasi yang kurang antara inovator dengan para pelaku bisnis menyebabkan peneliti cenderung melakukan penelitian yang tidak tepat sasaran, sementara para pengusaha tidak dapat secara optimal memanfaatkan hasil penemuan yang sebenarnya dapat dimanfaatkan untuk kepentingan masyarakat.
Oleh karena itu, melalui pertemuan bisnis inovasi 2019, Menristek ingin mengajak para pengusaha untuk terlibat aktif dalam kegiatan penelitian dan pengembangan serta inovasi.
Dorongan keterlibatan mereka dalam kegiatan penelitian diupayakan karena saat ini sumber dana penelitian dan pengembangan di Indonesia masih tercatat rendah.
"Bahkan ketika kita dibandingkan, Indonesia dengan beberapa tetangga di ASEAN, apalagi Thailand, Jepang dan Korea, ada satu ironi," katanya.
Baca juga: Menristek resmikan Pusat Produksi Sel Punca untuk layanan kesehatan
Baca juga: Menristek: Permintaan vaksin polio tertinggi di Bio Farma
Ironi yang dimaksud adalah bahwa 80 persen sumber dana penelitian dan pengembangan di Indonesia masih berasal dari pemerintah.
Sementara di negara-negara seperti Thailand, Jepang dan Korea, 70-80 persen sumber dana penelitian dan pengembangan mereka berasal dari sektor swasta.
Oleh karena itu, Bambang mengatakan ironi tersebut perlu segera diatasi melalui penguatan sumber dana untuk penelitian, pengembangan dan inovasi.
"Jadi artinya anggaran pemerintah atau kegiatan research pemerintah itu masih mendominasi kegiatan research yang ada di Indonesia," katanya.
Hal tersebut menyebabkan hasil inovasi di Indonesia belum dapat berkembang secara besar di Indonesia dibandingkan negara-negara tetangga.
Bambang berharap acara BIG 2019 dapat melahirkan hasil inovasi baru yang lebih terarah dan dapat diterima oleh pasar serta bermanfaat bagi sebesar-besarnya kepentingan rakyat.
"Ke depan tentu untuk kita mengejar inovasi, maka Kemenristek/BRIN, kita akan mendorong triple helix antara dunia usaha dan dari sisi penelitiannya," katanya.
Baca juga: Menristek: Fokus riset 2020 bantu tuntaskan permasalahan ekonomi
Baca juga: Menristek ingatkan jangan sampai ada inovator masuk penjara
Pewarta: Katriana
Editor: Masnun
Copyright © ANTARA 2019