Dengan kondisi yang menantang tersebut maka jelas perusahaan harus menyiapkan strategi yang memang bisa menggantikan.
PT Antam Tbk akan fokus ke hilirisasi pada 2020 di saat larangan ekspor nikel mulai diberlakukan.
"2020 merupakan tahun yang menantang bagi Antam mengingat pada awal 2020 kami tidak boleh lagi mengekspor bijih nikel dan itu merupakan tantangan bagi kami," ujar Direktur Niaga Antam Aprilandi Hidayat Setia di Jakarta, Kamis.
Aprilandi mengatakan bahwa dengan demikian pada 2020 pihaknya akan fokus ke arah hilirisasi, yang menjadi target Antam ke depan.
"Dengan kondisi yang menantang tersebut maka jelas perusahaan harus menyiapkan strategi yang memang bisa menggantikan," katanya.
Menurut Direktur Niaga tersebut, dalam Rencana Jangka Panjang Perusahaan atau RJPP Antam juga sudah ada beberapa yang telah dilakukan saat ini seperti hilirisasi biji nikel di pabrik.
Baca juga: Januari 2020, Indonesia-EU konsultasi pembatasan ekspor bijih nikel
Sebelumnya Kepala BKPM Bahlil Lahadalia mengatakan kesepakatan menyetop ekspor biji nikel per 1 Januari 2020, muncul setelah berunding dengan 47 perusahaan yang terdiri atas pengusaha smelter dan penambang nikel.
Salah satunya, harga nikel yang harus mengikuti harga internasional yaitu kurang lebih 30 dolar AS per metrik ton free on board (FOB). Harga tersebut merupakan harga untuk kadar di bawah 1,7 persen dipotong biaya ekspor dan pengapalan.
Ketua Indonesia Mining Institute (IMI) Irwandy Arif menilai Langkah Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) bersama pengusaha dan penambang membuat kesepakatan untuk menyetop ekspor nikel mulai 1 Januari 2020 sebagai hal yang positif.
Nikel, lanjut pakar pertambangan ITB itu, merupakan cadangan strategis yang dimiliki Indonesia dan memiliki potensi besar untuk diolah menjadi produk hilir seperti baterai EV untuk mobil listrik yang akan menjadi transportasi masa depan.
Baca juga: Direksi baru Antam dapat sejumlah mandat dari MIND ID
Pewarta: Aji Cakti
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2019