Janji itu ia sampaikan setelah dia ditunjuk sebagai perdana menteri dengan dukungan Hizbullah --yang disokong Iran-- dan sekutu-sekutunya.
"Saya akan bekerja keras untuk membentuk pemerintahan sesegera mungkin," kata Diab dalam pidatonya.
"Semua upaya kita harus diarahkan untuk menghentikan kehancuran dan membangun kembali kepercayaan diri."
Lebanon, yang sedang menghadapi krisis ekonomi terburuknya sejak perang saudara 1975-1990, sedang berupaya membentuk pemerintahan baru sejak Perdana Menteri Saad al-Hariri mengundurkan diri pada 29 Oktober.
Upaya untuk mencapai kesepakatan dalam menentukan perdana menteri baru terhambat perpecahan, yang menggambarkan ketegangan antara Hariri dan Muslim Syiah Hizbullah. Hariri sendiri memiliki hubungan kuat dengan negara-negara Barat dan Teluk Arab.
Pemerintah Amerika Serikat menganggap Hizbullah, yang memiliki persenjataan berat, sebagai kelompok teroris dan telah menjatuhkan sanksi terhadap kelompok itu.
Presiden Lebanon Michel Aoun, sekutu Hizbullah yang juga berselisih dengan Hariri, pada Kamis menggelar pertemuan dengan para wakilnya soal penunjukan perdana menteri baru.
Menurut sistem politik sektarian di negara itu, perdana menteri harus berasal dari kalangan Muslim Sunni.
Aoun, penganut Kristen Maronit, diwajibkan menunjuk kandidat yang memiliki dukungan terkuat.
Langkah untuk mencalonkan Diab menunjukkan bahwa Hizbullah dan sekutu-sekutunya memutuskan untuk meninggalkan upaya membina konsensus dengan Hariri dengan memilih sendiri calon mereka.
Belum ada kejelasan soal secepat apa pemerintahan baru akan terbentuk.
Untuk saat ini, Saad Al-Hariri, yang merupakan politikus utama Sunni, akan tetap menjadi perdana menteri sementara.
Saad sebelumnya tampak lancar untuk dicalonkan sebagai perdana menteri. Namun, ia menarik diri dari pencalonan tersebut pada Rabu (18/12).
Sumber: Reuters
Baca juga: NNA: Bentrokan-tembakan di Lebanon pada malam kedua kerusuhan
Baca juga: Massa Lebanon bentrok dengan pendukung Hizbullah
Pewarta: Tia Mutiasari
Editor: Chaidar Abdullah
Copyright © ANTARA 2019