BMKG menyebut curah hujan pada Desember dan Maret merupakan yang paling tinggi di Wilayah Sumatera Selatan berdasarkan data normal Stasiun Meteorologi SMB II Palembang dalam kurun waktu 30 tahun terakhir.Hujan disertai petir dan angin kencang umumnya terjadi pada siang hingga sore hari
Kepala Seksi Observasi dan Informasi Stasiun Meteorologi SMB II Palembang, Bambang Beny Setiaji, Minggu, mengatakan peningkatan curah hujan terjadi seiring menguatnya Angin Muson China Selatan yang sarat uap air melewati Wilayah Sumsel, sehingga berpotensi hujan disertai petir dan angin kencang.
"Hujan disertai petir dan angin kencang umumnya terjadi pada siang hingga sore hari, sedangkan potensi hujan ringan yang berlangsung lama apabila terjadi pada malam hingga dini hari," ujar Beny.
Kondisi cuaca ekstrim tersebut sudah menyebabkan beberapa atap rumah ambruk dan pohon tumbang di enam kecamatan di Kota Palembang pada Sabtu sore (22/12), yakni Kecamatan Sukarami, Alang-Alang Lebar, Kemuning, Sako, Sematang Borang, dan Ilir Barat I.
Atap dan pohon ambruk akibat hujan disertai petir dan angin kencang dengan kriteria lebat 57,5 mm dan kecepatan angin kriteria ekstrim mencapai 47 Knot atau 87 km/jam.
"Adanya awan Single Cumolonimbus membuat perbedaan tekanan dan suhu cukup signifikan antara daerah yang terpapar hujan dan belum terpapar hujan di sekitarnya, inilah penyebab terjadinya angin kencang," tambahnya.
Angin kencang paling berpotensi terjadi di wilayah dengan permukaan datar yang luas namun minim pepohonan atau tidak di dekat hutan, sehingga BMKG mengimbau masyarakat di wilayah tersebut memperkokoh struktur bangunan rumah terutama atap serta memperbaiki drainase untuk mencegah banjir.
Warga juga diminta berhati-hati saat berkendara pada siang dan sore, serta mengimbau jika ingin menggunakan transportasi air dan udara tidak mengambil waktu siang atau sore.
Selain itu, meningkatnya curah hujan satu pekan terakhir menyebabkan sebagian Kota Palembang tergenang meski hujan hanya berlangsung kurang dari dua jam, bahkan beberapa desa di Kabupaten MurataraMuratara terendam banjir akibat luapan air sungai.
"Kondisi musim hujan ini akan terus berlangsung hingga memasuki musim peralihan ke musim kemarau pada Maret - April 2020," demikian Beny.
Pewarta: Aziz Munajar
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2019