Dosen Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau Ahmad Muhammad dan rekannya Nurul Qomar dari Fakultas Pertanian Universitas Riau melakukan penelitian itu dengan merekam aktivitas enam koloni lebah kelulut pada saat gerhana matahari Kamis (26/12).
"GMC merupakan kejadian yang sangat langka, yang tidak bisa diteliti di sembarang waktu dan di sembarang tempat di dunia ini. Oleh karenanya, ada kemungkinan penelitian kami termasuk yang sangat langka dilakukan orang, bahkan tidak tertutup kemungkinan ini yang pertama kali dilakukan terhadap kelulut," kata Ahmad kepada ANTARA di Pekanbaru, Jumat.
Perekaman perilaku koloni lebah madu kelulut saat gerhana matahari dilakukan pada Kamis (26/12) pukul 06.00 WIB pagi hingga 18.00 WIB di Desa Rawa Mekar Jaya, tidak jauh dari Desa Bunsur, salah satu tempat terbaik untuk observasi gerhana matahari cincin menurut Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional.
Ahmad mengatakan bahwa saat gerhana matahari cincin sebagian besar radiasi matahari juga terhalang mencapai permukaan Bumi meski hanya sesaat. Kondisi yang demikian menyebabkan perubahan kondisi atmosfer dan hewan-hewan diurnal seperti lebah madu kelulut peka terhadap perubahan semacam itu.
"Kalau gerhana matahari itu terjadi jauh di luar atmosfer bumi dan terjadi bloking radiasi matahari. Dampak radiasi kondisi atmosferik berbeda dengan saat tertutupi mendung. Ini yang buat kita tertarik untuk mengetahui apa pengaruhnya pada hewan, terutama kelulut," katanya.
Ia menjelaskan bahwa menurut hasil pengamatan awal, lebah madu kelulut kembali ke sarangnya saat terjadi gerhana matahari.
"Harus dikonfirmasi dengan analisis lebih detail. Kami akan menganalisa 148 video yang kami rekam terlebih dahulu. Mungkin butuh waktu satu hingga dua minggu sebelum hasilnya bisa dikeluarkan," katanya.
Baca juga:
Ribuan orang antusias lihat gerhana matahari di Siak
Pakar: Gerhana jadi pembuktian ketepatan penghitungan para ahli
Pewarta: Anggi Romadhoni
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2019