• Beranda
  • Berita
  • Menaker: 27 hingga 46 juta jenis pekerjaan baru berpeluang tercipta

Menaker: 27 hingga 46 juta jenis pekerjaan baru berpeluang tercipta

30 Desember 2019 16:08 WIB
Menaker: 27 hingga 46 juta jenis pekerjaan baru berpeluang tercipta
Menteri Ketenagakerjaan RI Ida Fauziyah saat memberikan paparan pada kegiatan rembuk nasional BLK komunitas di Kendal, Jawa Tengah, Senin(30/12/2019). ANTARA/Muhammad Zulfikar

Imbasnya ialah sekitar enam hingga 29 juta orang Indonesia diproyeksikan harus mengikuti pelatihan lagi untuk jenis pekerjaan yang baru guna "re-skilling" atau pelatihan kemampuan baru dan "up skilling" atau peningkatan kemampuan.

Menteri Ketenagakerjaan  RI Ida Fauziyah mengatakan sampai dengan tahun  2030 diprediksi terdapat  27 hingga 46 juta jenis pekerjaan baru berpeluang tercipta di Tanah Air dan 10 juta pekerjaan di antaranya belum pernah ada sebelumnya.

"Ini berkaitan dalam menghadapi era revolusi industri 4.0, sehingga terdapat 23 juta jenis pekerjaan yang terdampak oleh otomatisasi. Namun disatu sisi terdapat 27 hingga 46 juta jenis pekerjaan baru yang berpeluang tercipta," kata Menaker pada kegiatan rembuk nasional BLK komunitas di Kendal, Jawa Tengah, Senin.

Imbasnya ialah sekitar enam hingga 29 juta orang Indonesia diproyeksikan harus mengikuti pelatihan lagi untuk jenis pekerjaan yang baru guna "re-skilling" atau pelatihan kemampuan baru dan "up skilling" atau peningkatan kemampuan.

"Oleh karena itu, dalam transisi menuju Indonesia 4.0 tersebut dibutuhkan beberapa langkah," ujarnya.
Baca juga: IDF 2019 telurkan empat pilar songsong peluang pekerjaan masa depan
Baca juga: Guru harus siapkan siswa untuk pekerjaan baru


Pertama ialah investasi berkelanjutan, kedua pengembangan model pelatihan baru untuk pekerjaan baru. Selanjutnya, program-program untuk memudahkan transisi pekerja seperti pemagangan, re-skilling dan up-skilling.

Keempat, dukungan dalam hal pendapatan melalui program-program jaminan sosial yang lebih inovatif dan kolaborasi antara publik dan swasta. Hal tersebut guna mengantisipasi terhadap pekerjaan-pekerjaan yang tumbuh di berbagai sektor di antaranya kesehatan, konstruksi, manufaktur dan retail yang akan dibutuhkan cukup tinggi.

Pemerintah, ujar dia, saat ini fokus pada peningkatan kompetensi tenaga kerja melalui pendidikan dan pelatihan vokasi. Untuk jangka pendek, pelatihan akan berperan sentral karena dampaknya relatif lebih cepat dapat dirasakan oleh masyarakat dibandingkan pendidikan vokasi.

Kondisi ketenagakerjaan Indonesia berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) periode Agustus 2019 menggambarkan jumlah angkatan kerja Indonesia sebesar 133,56 juta orang. Dari data tersebut, jumlah angkatan kerja yang bekerja sebesar 126,51 juta orang atau 94,72 persen.
Baca juga: ILO sebut peluang pekerjaan bidang teknologi makin berkembang
Baca juga: Sisi gelap dan terang era digital


Kemudian, angkatan kerja yang masuk dalam kategori pengangguran sebesar 7,05 juta orang atau setara 5,28 persen. Jika dibandingkan dengan 2018, tingkat pengangguran terbuka (TPT) menurun 0,06 persen.

Meskipun demikian, ia menyebutkan 57,54 persen pekerja Indonesia masih lulusan Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) ke bawah.

"55,72 persen pekerja kita adalah pekerja informal," ujar dia.

Berdasarkan penelitian McKinsey, ujarnya, pada September 2019 sebanyak 23 juta pekerjaan di Indonesia akan terdampak otomatisasi dan rata-rata terdapat 248 ribu pekerja mengalami pemutusan hubungan kerja
(PHK) per tahun.

Salah satu penyebab pengangguran yang ada di Indonesia adalah ketidakseimbangan antara pekerjaan dengan jumlah tenaga kerja, kemajuan teknologi serta kurangnya pendidikan ataupun keterampilan.
Baca juga: Jokowi realisasikan 10,5 juta lapangan pekerjaan baru
Baca juga: Revolusi Industri 4.0 ciptakan 3,7 Juta pekerjaan baru

Revolusi Industri 4.O ciptakan lapangan pekerjaan

Pewarta: Muhammad Zulfikar
Editor: Muhammad Yusuf
Copyright © ANTARA 2019