Kedutaan besar AS diserbu pada Selasa oleh massa yang geram atas serangan udara AS terhadap kelompok yang didukung Iran yang menewaskan sedikitnya 25 petempur. Pada Rabu massa melemparkan batu ke kedubes AS sementara pasukan keamanan menembakkan gas air mata dan juga granat kejut untuk membubarkan massa.
Pasukan Mobilisasi Populer (PMF), payung kelompok yang sebagian besar terdiri atas paramiliter Syiah menyebutkan massa harus membubarkan diri sekarang sebab "pesan mereka telah didengar," dan untuk menghormati pemerintah Irak, yang berupaya "menjaga wibawa negara."
Aksi protes tersebut menandai perubahan baru dalam perang bayangan antara Washington dan Teheran yang bermain di Timur Tengah dan menimbulkan pertanyaan atas keberadaan militer AS yang berkelanjutan di Irak. Presiden AS Donald Trump, yang kembali mencalonkan diri untuk masa jabatan kedua, pada Selasa mengancam akan membalas Iran, tetapi kemudian mengatakan dirinya tidak ingin terlibat perang.
Amerika Serikat meluncurkan serangan udara mematikan terhadap markas milisi Kataib Hizbullah yang didukung Iran pada Minggu, sebagai aksi balasan atas serangan misil yang menewaskan seorang kontraktor AS di markas Irak utara.
Sumber: Reuters
Baca juga: Iran bantah berada di balik aksi brutal di Kedutaan Besar AS
Baca juga: Massa bakar pos keamanan Kedubes AS di Irak
Baca juga: Bahrain dukung serangan AS terhadap milisi Kataib Hizbullah
Pewarta: Asri Mayang Sari
Editor: Gusti Nur Cahya Aryani
Copyright © ANTARA 2020