Sebelumnya, banjir menggenangi kawasan Pasar Baru dan membuat akitivitas lumpuh akibat buruknya drainase dan diperparah luberan Dungai Ciliwung. Aliran listrik pun mati sejak Kamis pagi.
Warga terdampak pun teriolasi. Sejumlah warung makan di area itu juga banyak yang tutup sehingga membuat masyarakat kesulitan untuk memenuhi kebutuhan primernya.
Sebagian dari mereka lebih memilih untuk mengungsi ke sanak saudaranya yang dirasa lebih aman.
Sejak kondisi sepanjang Kamis cerah, air mulai perlahan surut. Aliran listrik pun kembali normal sejak Jumat Shubuh dan jalan yang sebelumnya tidak bisa dilewati kini hanya meninggalkan endapan lumpur.
Baca juga: Banjir di Jatiasih surut, mobil bertumpukan di jalan masuk perumahan
Baca juga: Beberapa ruas jalan di Jakarta belum bisa dilintasi kendaraan
Saat ini, nampak warga tengah membersihkan sisa-sisa endapan lumpur yang masuk ke dalam rumahnya dan sebagian besar jalan pun telah terbebas dari kepungan banjir.
Menurut penuturan warga, banjir kali ini merupakan yang terparah sejak tiga tahun silam. Sulastri (45) mengatakan meskipun hujan hanya mengguyur satu hari saja namun dampaknya seperti dilanda hujan tiga hari tanpa henti.
"Dulu pernah banjir gini tapi itu setelah hujan berhari-hari. Lah sekarang mah seharian doang tapi langsung banjir," kata dia.
Meski telah surut, bukan berarti warga bisa menurunkan kewaspadaan. Justru menjadi langkah antisipasi awal menyambut puncak musim hujan yang menurut Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) akan terjadi pada Februari-Maret.
"Sekarang barang-barang elektronik mulai dirapihin, naikin ke lantai dua. Takutnya hujan gede lagi, banjir lagi," ujar Sodikin, warga lainnya.
Sementara kawasan pertokoan Pasar Baru yang juga sempat tergenang, kini kondisinya sudah bebas dari banjir. Akan tetapi, hingga pukul 08.00 WIB banyak toko yang masih tutup.
Biasanya pada pukul yang sama para pegawai sudah sibuk merapikan barang dagangan.
Baca juga: Kemarin, Raup untung di tengah banjir hingga tumpukan mobil
Pewarta: Asep Firmansyah
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2020