Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono menerjunkan 280 pegawainya untuk melakukan survei guna mengantisipasi banjir, terlebih menjelang puncak curah hujan yang tinggi pada pertengahan Januari ini.Dan yang perlu kita cermati saat ini adalah bahwa ini Jabodetabek belum memasuki puncak musim hujan. Jadi kita masih awal
"Saya hari ini menerjunkan 280 pegawai ke 180 titik. Dua hari ini mereka survei penyebab banjirnya," kata Basuki ditemui di Kemenko Kemaritiman dan Investasi Jakarta, Jumat.
Basuki mengatakan penyebab banjir yang disurvei meliputi rusaknya pompa atau tanggul yang jebol.
"Di Kemang Pratama ada dua yang jebol, di tempat lain, misalnya pompa yang rusak, kami akan menginventarisasi, Senin (6/1) akan kita kerjakan, karena ngejar tanggal 11 yang katanya mau jadi (puncak), 11-12-13-14-15 (Januari) kan, itu kita akan persiapan di situ," katanya.
Sebelumnya, Kepala Pusat Meteorologi Publik Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Fachri Radjab mengatakan potensi hujan rendah dan lebat masih ada sampai sepekan ke depan.
"Dan yang perlu kita cermati saat ini adalah bahwa ini Jabodetabek belum memasuki puncak musim hujan. Jadi kita masih awal. BMKG akan menginformasikan 'warning' (peringatan) itu tiga jam sebelum kejadian, seperti halnya kami infokan ke masyarakat," tuturnya.
Dia mengimbau masyarakat untuk tetap berjaga-jaga karena intensitas hujan sedang dan lebat di Jabodetabek masih ada sampai dengan tujuh hari ke depan. Apalagi, pada 5-6 Januari 2019, diperkirakan ada air pasang.
Peristiwa banjir pada berbagai lokasi di Jakarta pada tanggal 31 Desember 2019, merupakan kombinasi akibat curah hujan yang tinggi dan merata baik di hulu (Indikasi Pintu Katulampa Siaga 2) dan di hilir DKI Jakarta dan sekitarnya dengan catatan intensitas hujan sebagai berikut:
1. Lokasi Pos Curah Hujan di Halim tercatat 370 mm dengan perkiraan debit Sungai Ciliwung sebesar 500 m3/detik, dan
2. Lokasi Pos Curah Hujan di Cakung tercatat 300 mm dengan perkiraan debit Sungai Sunter sebesar 100 m3/detik.
Penyebab lain adalah belum optimalnya pembangunan prasarana pengendalian banjir, di mana sejak tahun 2017 belum dapat dilakukan normalisasi pada keempat sungai karena kendala pembebasan lahan.
Baca juga: PUPR: Pesisir Sungai Ciliwung belum dinormalisasi antisipasi banjir
Baca juga: Bendungan Sukamahi-Ciawi kurangi kerentanan bencana banjir Jakarta
Baca juga: Presiden Jokowi: Persoalan banjir harus diselesaikan bersama
Pewarta: Ade irma Junida
Editor: Subagyo
Copyright © ANTARA 2020