"Banjir itu akibat banyaknya daerah serapan air yang beralih fungsi. Itu karena pembangunan yang tidak memperhatikan lingkungan. Sehingga hutan menjadi gundul, terjadi penyempitan dan pendangkalan sungai," katanya, di Purwakarta, Sabtu.
Baca juga: Korban bencana diminta aktif lapor kerusakan dokumen kependudukan
Ia menyampaikan agar berbagai pihak tidak saling menyalahkan atas terjadinya bencana banjir di sejumlah wilayah. Sebab itu sudah menjadi kesalahan kolektif.
Menurut dia, adanya pembangunan property secara jor-joran, tanpa mengindahkan fungsi lahan sebenarnya menjadi akar masalah terjadinya banjir. Begitu juga penyempitan aliran air hingga selokan, itu menjadi bagian penyebab banjir.
"Terkadang (pembangunan) tidak memperhatikan apakah itu tanah rawa, apakah sawah, apakah cekungan danau, semuanya dibabat untuk pembangunan," kata Dedi.
Ia mengajak semua pihak untuk memperbaiki kesalahan, termasuk membenahi tata ruang dan bangunan. Jangan sampai bergerak dan sibuk ketika banjir datang, namun tidak peduli ketika hujan usai.
"Saatnya kita membenahi tata ruang dan konsep pembangunan. Selamatkan lingkungan serta bangun kesadaran," katanya.
Baca juga: Anies: Tanggul Latuharhari mulai ada rembesan air
Baca juga: Kemendagri jamin pergantian KTP-e korban banjir Tangerang
Pewarta: M.Ali Khumaini
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2020