"Saat ini kami tanam jagung varietas hibrida di lahan seluas 5 hektar, dengan target produksi 18 hingga 20 ton tongkol kering panen perhektarnya," terang Wahida Annisa Yusuf, peneliti madya Balittra di Banjarbaru, Senin.
Wahida mengungkapkan, pihaknya mengombinasikan teknologi penggunaan fosfat alam dengan metode zig-zag, tanaman jagung yang kini berumur 45 hari telah memiliki jumlah buku batang delapan dan sebagian mulai berbunga.
Baca juga: BPTP Kalteng sukses tanam jagung Bima URI 20 di lahan sub optimal
Baca juga: Kementan sebut empat investor minati budidaya jagung
"Performance-nya sangat bagus. Biasanya jumlah buku batang jagung berkolerasi dengan produksinya. Kalau sampai 10 atau lebih, maka tongkol yang dihasilkan jauh lebih besar," jelasnya mewakili Kepala Balittra Hendri Sosiawan.
Terkait fosfat, dijelaskan Wahida, mengandung unsur fosfor (P), kalsium (Ca), dan magnesium (Mg) yang tinggi sehingga dapat meningkatkan pH. Jagung termasuk tanaman C4 yang mampu beradaptasi baik pada faktor-faktor pembatas pertumbuhan dan hasil. Daun tanaman C4 sebagai agen penghasil fotosintat dan memiliki sel yang mengandung khlorofil, sehingga penggunaan cara tanam rapat dengan metode zig-zag tidak menghambat laju proses fotosintesis.
Petani umumnya menanam jagung dengan jarak tanam 75 cm x 20 cm dengan satu biji perlubang, sehingga jumlah populasi adalah 66.666 pohon/ha.
Sedangkan cara tanam zig-zag setara dengan jarak tanam 70 cm x 12.5 cm, sehingga menghasilkan populasi pohon lebih besar dibanding cara petani (konvensional) yaitu sekitar 81.632 pohon/ha. Perbedaan jumlah populasi akan berkorelasi dengan hasil yang diperoleh
"Dengan penerapan cara tanam zig-zag dikombinasikan dengan penggunaan pupuk fosfat alam di lahan rawa, jagung dapat berproduksi maksimal mencapai 20 ton per hektar tongkol kering panen," tandas lulusan S3 Ilmu Tanah Universitas Gadjah Mada Yogyakarta ini.
Baca juga: Balitbangtan ungkap fosfat alam tingkatkan produktivitas jagung
Baca juga: Produktivitas jagung Nasa 11 ton/ha
Diharapkan dengan adanya kegiatan penanaman budidaya jagung di lahan rawa lebak dangkal tersebut, petani dapat mengadopsi teknologi ini, sehingga selain produksi dapat ditingkatkan, pendapatan dan kesejahteraan petani juga meningkat khususnya menghadapi musim hujan, dimana lahan rawan tergenang air saat ini.
Areal lahan kosong seluas 25 hektar di Kantor Balitra di Jalan Kebun Karet, Kelurahan Loktabat Utara, Kota Banjarbaru, Kalimantan Selatan memang dijadikan kebun percobaan.
Setiap tahun, ada penanaman berbagai komoditas seperti padi, jagung, pepaya, semangka, jeruk hingga konservasi tanaman buah-buah eksotik lahan rawa lainnya seperti durian, kasturi hingga kueni yang mempunyai sifat unggul tahan genangan dan kemasaman tanah yang cukup ekstrim.
Pewarta: Firman
Editor: Muhammad Yusuf
Copyright © ANTARA 2020