"Saya rasa apa yang sudah disampaikan Menlu sudah sangat tepat dan kami dukung karena memang itulah kenyataannya," kata Jimly, di Kompleks Parlemen, Jakarta, Senin.
Baca juga: Pangkalan TNI AU Roesmin Nurjadin siaga antisipasi krisis Natuna
Dia mengatakan, langkah Kemenlu sudah tepat karena dunia internasional sudah mengakui ZEE Indonesia sehingga kapal China tinggal diusir saja dari wilayah ZEE Indonesia.
Jimly menegaskan, klaim China atas perairan Natuna tidak tepat karena dirinya memandang persoalan ini hanya romantisme sejarah dan psikologis saja karena dunia telah memberi nama lautnya itu Laut China Selatan.
Baca juga: Warga Natuna tolak klaim China
"Ya karena China merasa itu bagian dari wilayahnya karena namanya Laut China Selatan makanya ganti nama. Sebaiknya namanya Laut Asia Tenggara saja, jangan Laut China Selatan," ujarnya.
Jimly mengatakan kalau dilihat di peta, perairan Natuna Utara dan sekitarnya jauh sekali dari daratan China termasuk apabila dibandingkan dengan daratan negara-negara lain seperti Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, dan Filipina.
Baca juga: DPR: Kemhan percepat capaian MEF antisipasi situasi seperti di Natuna
Dia mengatakan Indonesia merupakan bangsa yang cinta damai, dan bangsa yang cinta damai tidak suka perang sehingga Indonesia bukannya takut perang namun tidak suka perang.
"Jadi kita harus menghadapinya, bukan masalah hubungan antarnegara tapi pelaku pencurian ikan di laut ZEE Indonesia," ujarnya.
Baca juga: Kurangi ketegangan Natuna, Kapuspen TNI sebut itu urusan diplomasi
Jimly juga menyarankan agar kebijakan yang pernah dilakukan Susi Pudjiastuti ketika menjadi Menteri Kelautan dan Perikanan yang menenggelamkan kapal pencuri ikan, diterapkan kembali.
Pewarta: Imam Budilaksono
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2020