"Ya, bagian perkuatan, bagian dari menunjukkan bahwa kita ada di sana. Kita tidak lalai," katanya, di Jakarta, Rabu.
Baca juga: Presiden ke Natuna, Mahfud: Tunjukkan negara hadir
Baca juga: Menhub: Polemik Natuna tak pengaruhi proyek investasi China
Baca juga: Geng: Isu Natuna tak goyahkan kemitraan strategis China-Indonesia
Hal itu disampaikannya usai bertemu dengan Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi di sebuah restoran di kawasan Cikini, Jakarta.
Mahfud menjelaskan kehadiran pesawat tempur itu menunjukkan secara "de facto" bahwa Indonesia berada di kawasan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) yang diklaim sepihak oleh China tersebut.
"Karena gini, satu daerah kosong, kalau dibiarin didudukin orang lama-lama ada klaim 'de facto'. 'De facto'-nya kami di sini. Nah, sekarang kita yang 'de facto' gitu," kata mantan Ketua Mahkamah Konstitusi itu.
Sebelumnya, sebanyak empat unit F-16 Fighting Facon (elang tempur) bersama satu pesawat Boeing dikerahkan oleh Pangkogabwilhan I untuk berjaga di sekitar Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau, Selasa (7/1).
Satu pesawat CN 235 milik TNI AL juga rencananya akan melaksanakan patroli udara maritim, kata Pangkogabwilhan I Laksamana Madya TNI Yudo Margono, usai meninjau kesiapan KRI yang akan beroperasi besok di Faslabuh Lanal Ranai, Selat Lampa, Natuna, Selasa.
Selain pesawat, saat ini juga terdapat 7 KRI yang berjaga di Perairan Natuna.
"Besok mungkin ada 2 kapal Bakamla yang akan hadir di sini. Kita bisa bersama-sama melaksanakan operasi laut," kata dia di atas KRI Karel Satsuit Tubun-356.
Ia mengatakan, dari hasil operasi udara yang dilaksanakan, diketahui kondisi di laut masih sama seperti kemarin. Terdapat kapal-kapal ikan yang diamankan oleh kapal-kapal coast guard dan kapal pengawas perikanan China.
"Sehingga kita tetap akan hadir untuk memberikan pengakuan bahwasanya wilayah itu ZEE Indonesia," katanya.
Baca juga: AL China akan latihan tempur di Laut China Selatan
Baca juga: Kapal AS layari Laut China Selatan yang disengketakan
Baca juga: Indonesia tetap berhubungan baik dengan China
Pewarta: Zuhdiar Laeis
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2020