Pontianak, - Jumlah orangutan ((Pongo pygmaeus pygmaeus) di Taman Nasional Danau Sentarum (TDNS) Kabupaten Kapuas Hulu menurun hingga 62 persen dibanding 10 tahun lalu ketika populasi mereka mencapai 1.300-an ekor.
Species Officer WWF-Indonesia untuk wilayah Putussibau, Albertus Tjiu saat dihubungi, Minggu mengatakan bahwa perubahan kondisi alam di seputar wilayah TNDS diduga menjadi pemicu utama menurunnya populasi orangutan di kawasan itu.
"Untuk tahun 2008, jumlah orangutan mungkin sekitar lima ratusan ekor di TNDS," kata dia lalu mengatakan untuk mengetahui data terbaru jumlah orangutan di TNDS dibutuhkan survei dan pemantauan secara insentif.
Ia mengatakan, TNDS memiliki tingkat kerapatan yang tinggi untuk hunian orangutan karena dengan luas 130 ribu hektare namun seluruh kawasan cocok bagi primata itu.
Sementara Taman Nasional Betung Kerihun (TNBK), dengan luas 800 ribu hektare namun yang cocok untuk orangutan hanya separuhnya. Jumlah orangutan di TNBK berkisar 1.030 ekor.
Albertus Tjiu mengatakan, mereka juga menemukan adanya orangutan yang dipelihara penduduk sekitar kawasan TNDS. "Awalnya dipelihara, tetapi sewaktu kami berkunjung ke tempat yang sama beberapa waktu kemudian, orangutan itu sudah dipindahtangankan," kata dia.
Saat ini, di sekitar kawasan TNDS menjadi tempat untuk perkebunan kelapa sawit oleh pemerintah daerah setempat.
Harga satu ekor bayi orangutan untuk di Kabupaten Kapuas Hulu berkisar Rp500 ribu hingga Rp1 juta. Sedangkan di Kabupaten Ketapang, harganya lebih murah yakni Rp300 ribu per ekor.
Albertus Tjiu mengatakan, masyarakat hanya memelihara orangutan yang masih bayi atau anak-anak. "Kalau sudah dewasa, orangutan sudah sulit untuk dipelihara karena ukuran badannya semakin besar," kata dia.
Untuk mendapat satu ekor bayi orangutan, maka induknya harus dibunuh terlebih dahulu. "Jadi kalau ada satu ekor bayi orangutan di masyarakat maka dapat dipastikan induknya telah mati atau dibunuh terlebih dahulu," kata dia.(*)
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2008