Baghdad, (ANTARA News/DPA) - Ribuan demonstran pengikut ulama garis keras Syiah anti-AS Muqtada al-Sadr berunjuk rasa, Jumat, menentang kesepakatan keamanan Amerika-Irak yang kontroversial, sehari setelah debat yang panas mengenai perjanjian itu di parlemen Irak.
Dengan membawa bendera dan meneriakkan slogan-slogan, pemrotes memadati Lapangan Firdous di Baghdad pusat di tengah pengamanan ketat, untuk menentang Perjanjian Status Pasukan (SOFA), yang membuka jalan bagi kelanjutan keberadaan pasukan AS dan koalisi di Irak setelah berakhirnya mandat PBB pada akhir 2008.
Al-Sadr berulang kali meminta para pengikutnya untuk melakukan protes menentang perjanjian tersebut, dan berjanji memberikan dukungan bagi pemerintah Irak jika mereka tidak menyetujui perjanjian itu.
Jumat malam, kepala keamanan Baghdad, Qassem Atta, mengatakan, protes itu berakhir tanpa insiden. Sebelum demonstrasi itu ada kekhawatiran mengenai serangan bom bunuh diri di tengah kerumunan massa.
"Kami memperkirakan jumlah orang yang mengambil bagian dalam demonstrasi itu sedikit di bawah 10.000," katanya, seperti dikutip Kantor Berita Suara Irak.
"Blok Sadr di parlemen mengajukan banyak keberatan atas perjanjian itu. Salah satunya adalah itu merupakan sebuah pilihan AS dan pemerintah Irak terpaksa membahasnya dan hanya melakukan sejumlah amandemen," kata anggota blok Sadr, Aqeel Abdel Hussein.
Kamis malam, sebuah sidang parlemen Irak menjadi ajang debat panas ketika para wakil rakyat berselisih mengenai perjanjian keamanan kontroversial dengan AS itu. Pemungutan suara mengenai perjanjian itu tidak dilakukan pada sidang tersebut.
Perjanjian itu, yang menetapkan penarikan pasukan AS pada 2011, memerlukan persetujuan parlemen sebelum ditandatangani menjadi undang-undang oleh presiden-presiden AS dan Irak.
Sementara itu, tiga orang tewas dan 19 lain cedera dalam dua ledakan terpisah di Baghdad pada Jumat, menurut sumber-sumber kepolisian.
Juga Jumat, militer AS mengatakan bahwa dua prajurit Amerika tewas dalam insiden-insiden non-tempur pada Kamis dan Rabu di Irak tengah dan barat.
Dengan kematian-kematian terakhir itu, jumlah prajurit AS yang tewas di Irak pada November menjadi 13, termasuk delapan orang dalam insiden non-tempur. Korban-korban terakhir itu juga menambah jumlah korban tewas prajurit Amerika menjadi 4.203 sejak invasi pimpinan AS ke Irak pada 2003.(*)
Pewarta: adit
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2008