Kepala Dinas Sumber Daya Air (SDA) DKI Jakarta Juaini Yusuf menyebut upaya penanganan banjir yang dilakukannya sudah makin baik, yang terbukti dampaknya lebih kecil dibandingkan 2015 silam.Dalam kurun waktu 2015-2019 terdapat penguatan terhadap antisipasi banjir di Jakarta, termasuk tambahan petugas dan peralatan
"Kan kalau menurut data BMKG, ini hujan curahnya yang 100 tahun yang lalu dan debitnya lebih banyak. Bisa juga, kesiapan kita memang dari awal sudah siap," ujar Juaini di Balai Kota Jakarta, Senin.
Salah satu upaya yang terus dilakukan, kata dia, adalah pengerukan waduk dan embung yang diyakininya sangat berperan dalam surutnya air di tengah curah hujan tinggi pada awal 2020.
"Dari awal tahun sudah melakukan itu, pengerukan segala macam. Mungkin itu bisa menjadi salah satu ukuran juga yang menyebabkan banjir tidak lama-lama. Kalau memang kita tidak keruk mana mungkin air bisa cepat surut. Buktinya kan sekarang di saat wilayah lain masih berkutat perbaikan, kita sudah bersih semuanya," katanya.
Terkait antisipasi banjir, Juaini mengatakan pihaknya memiliki prosedur yang harus dijalankan selain pengerukan, yakni pengoptimalan pompa.
"Pompa-pompa dioptimalkan, yang tidak beroperasi kemarin kita sedang dalam perbaikan. Yang jelas, kita harus tetap siap sampai cuaca normal, itu terus kita kerjakan," ucapnya.
Juaini juga mengatakan dalam kurun waktu 2015-2019 terdapat penguatan terhadap antisipasi banjir di Jakarta, termasuk tambahan petugas dan peralatan.
"Kalau petugas ditambah. Dulu mungkin tidak seberapa. Sekarang hampir 8.000-an petugas yang kita miliki sekarang. Pompa ada tambah satu atau dua. Dan kesiapan kita juga di lapangan ada penambahan waduk-waduk juga. Mungkin itu juga bisa menjadi indikasi banjirnya tidak terlalu lama-lama dibandingkan dengan yang dulu-dulu, lalu eskavator juga tambah lima hingga 10 unit, nanti dilihat lagi kalau perlu ditambah," ucapnya.
Dalam data BPBD DKI Jakarta, Bappenas, dan BMKG yang dirangkum Pemprov DKI Jakarta dan diterima Antara, Minggu (12/1/2020), terungkap saat banjir pada 2020 ini, curah hujan mencapai paling tinggi dalam siklus banjir besar, yakni 377 milimeter per hari.
Banjir besar di Jakarta pada 2020 ini, disebutkan hanya menyebabkan luas area tergenang 156 km persegi dengan jumlah RW tergenang sebanyak 390 dan tidak sampai menyebabkan lumpuhnya area strategis seperti Bundaran HI, Jalan Thamrin dan kawasan Medan Merdeka.
Berdasarkan data itu juga, pada 2020 ini jumlah pengungsi sebanyak 36.445 jiwa yang tersebar di lokasi pengungsian sejumlah 269 dengan korban jiwa meninggal 19 orang.
Jika dibandingkan banjir besar sebelumnya yakni pada 2013 dan 2015, dengan curah hujan relatif lebih rendah masing-masing sekitar 100 mm dan 277 mm per hari, luas area tergenang mencapai 240 km dan 281 km yang menyebabkan masing-masing 599 RW dan 702 RW tergenang termasuk area strategis Ibu Kota.
Pada 2013 dan 2015, pengungsi mencapai 90.913 jiwa dan 45.813 jiwa yang tersebar di 1.250 dan 409 lokasi pengungsian dengan korban jiwa masing-masing 40 dan lima orang.
Pewarta: Ricky Prayoga
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2020