Investasi tersebut dilakukan melalui Sovereign Wealth Fund bersama Masayoshi dari Softbank (Jepang), dan International Development Finance Corporation (IDFC) Amerika Serikat.
“Kita sambut dengan aksi nyata keinginan UEA berinvestasi dalam pembangunan Ibu Kota Baru di Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur dan pembangunan properti di Aceh,” ungkap Teuku Neta Firdaus dalam siaran pers yang diterima di Meulaboh, Selasa.
Baca juga: Kadin sambut positif keinginan UEA investasi di Aceh
Ia menuturkan, investasi dari UEA ini disambut gembira oleh seluruh rakyat Indonesia, karena hal ini merupakan investasi terbesar sepanjang sejarah Indonesia, karena Indonesia memiliki penduduk muslim terbesar di dunia.
Ia meminta agar realisasi dari komitmen ini bisa dilaksanakan dalam waktu secepatnya. Demikian juga, keinginan UEA untuk investasi bidang properti di Aceh, maka Pemerintah Aceh harus bergerak cepat menjemput konkrit kebutuhan UEA.
“Kita yakin persetujuan investasi yang disampaikan Putra Mahkota UEA, Pangeran Sheikh Mohammed Bin Zayed akan direalisasikan. Pasalnya, selama ini sudah banyak 'angin surga' yang menyatakan akan investasi di Aceh namun hasilnya nol,” katanya menambahkan.
Baca juga: UEA ingin investasi bidang properti di Aceh
Pria yang akrab disapa Teuku Neta ini juga mengucapkan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada Presiden Joko Widodo yang segera memerintahkan minggu depan Gubernur Aceh dan tokoh-tokoh untuk bicara perihal persyaratan UEA.
Direktur Eksekutif The Jokowi Center ini juga mengingatkan Pemerintah Aceh untuk segera mengelar “karpet merah” kepada UEA dan menyodorkan yang dibutuhkan oleh investor dari UEA.
"Salah satu alasan UEA ingin berinvestasi di Aceh karena adik Putra Mahkota UEA Sheikh Hamid menyebut jarak terbang dari Abu Dhabi ke Aceh hanya 5 jam terbang," katanya lagi.
“Dapat dipastikan bahwa Investasi dari UEA akan diterima dengan lapang dada oleh rakyat Aceh, tidak ada kritik-kritik konyol yang bisa menghambat investasi tersebut,” ungkapnya.
Teuku Neta membuka kilas balik perihal angin surga dari investor yang berjanji akan investasi di Aceh namun tidak ada realisasinya.
Sekadar mengingatkan, kata dia, sebelumnya ada pengusaha Arab Saudi, Syaikh Saleh Abdullah Al Rajhi menjajaki peluang investasi membuka rumah sakit khusus mata untuk mengobati masyarakat Aceh yang menderita katarak dan penyakit mata lainnya sehingga bisa kembali membaca Al-Quran.
Ada pula negara lain yang rencana ingin investasi di Aceh yakni Turki melalui Hitai perusahaan pengembang energi panas bumi Seulawah Aceh Besar dan Aceh Tengah serta Aksa yang ingin membangun Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) di Lhokseumawe tidak ada tindak lanjut.
Selanjutnya pengembang Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) asal China. Tiga perusahaan itu membawa investasi sebesar Rp15 triliun, janji investasi yang mengecewakan, menyikapi hal tersebut upayakan kita untuk mendongkrak perekonomian di Aceh adalah berpikir positif, mendukung pemerintah dan berdoa,” pinta Teuku Neta.
Pewarta: Teuku Dedi Iskandar
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2020