Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) terus mengintensifkan pengembangan "Multi Hazard Early Warning System" (MHEWS) atau sistem peringatan dini multibencana sebagai salah satu langkah meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana di Tanah Air.selama ini berbagi data dan informasi bukan menjadi budaya kita
"Kami mencoba untuk lebih intens lagi dalam mendorong kementerian serta lembaga terkait lainnya untuk membagi data dan informasi sehingga pengembangan MHEWS bisa dimaksimalkan," kata Kepala Pusat pengendalian operasi (Pusdalop) BNPB Bambang Surya Putra di Gedung BNPB Jakarta, Rabu.
Ia menjelaskan dalam pengembangan sistem tersebut dibutuhkan sejumlah data yang saling terkait antara satu lembaga dengan lembaga lainnya tentang kebencanaan, namun sejauh ini hal itu belum efektif dilakukan.
"Kita sudah mencoba melakukan koordinir sejak sistem tersebut digunakan pada 2017 dan 2018. Namun diakui, selama ini berbagi data dan informasi bukan menjadi budaya kita," ujarnya.
Baca juga: BSN tetapkan SNI sistem peringatan dini bencana
Baca juga: Sistem EWS BPPT pantau banjir dan longsor dukung kesiapsiagaan bencana
Ia mengatajan, ke depan, BNPB akan melakukan "assessment" atau penaksiran kepada kementerian dan lembaga terkait untuk dapat berbagi data sehingga sistem MHEWS berjalan lebih efektif, apalagi, BNPB telah meninjau data-data yang dibutuhkan serta lembaga apa yang memilikinya sejak 2017.
Di tambah lagi, kata dia, Universitas Indonesia (UI) telah mendukung dan dapat membuat master plan atau rencana induk dari sistem peringatan dini tersebut.
Ia mengatakan hal yang menjadi kunci keberhasilan MHEWS sebenarnya ialah resolusi dan kerapatan pengolahan, namun hal ini belum diverifikasi sehingga hasilnya tidak maksimal.
Resolusi yang dimiliki oleh MHEWS pada 2017 ialah 10 kilometer dimana hal ini berarti satu titik dalam sistem sama dengan 10 kilometer persegi. Sehingga, jika sistem mengatakan hujan maka itu berlaku untuk luasan 10 kilometer persegi.
Baca juga: BPPT pasang CBT baru deteksi tsunami di perairan Indonesia timur
Baca juga: BPPT kaji pemanfaatan SMART Cable untuk sistem peringatan dini tsunami
Kemudian pada 2018 dan 2019, resolusi tersebut mulai ditingkatkan menjadi tujuh kilometer. Namun resolusi itu dinilai belum begitu rapat untuk mendapatkan hasil yang benar-benar akurat.
"Jadi prediksi ini masih perlu ditingkatkan resolusinya serta disesuaikan dengan data penakar digital daring yang kami miliki," katanya.
Ia mengatakan BNPB terus mengupayakan adanya perbaikan pada MHEWS secara terus menerus sehingga prediksi yang ditunjukkan oleh sistem juga dapat dikombinasikan pada data real time atau waktu sesungguhnya.
Karena, sistem saat ini belum bisa memperbaiki diri sendiri. Misalnya saat sistem mengatakan peringatan dini hujan di kota A, namun penakar digitalnya 0 karena hari cerah, sistem belum bisa mengganti prediksinya menjadi keadaan real time.
"Kami akan upayakan agar antara prediksi dengan data kenyataan saling memperkuat sehingga dengan posisi ini sistem berjalan lebih baik," kata dia.
Baca juga: BPBD Bantul: Sistem peringatan dini banjir dan longsor berfungsi baik
Baca juga: BMKG: Bali jadi prioritas penguatan sistem peringatan dini tsunami
Baca juga: Aplikasi SIPD mudahkan warga Pontianak akses informasi bencana
Pewarta: Muhammad Zulfikar
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2020