Bank Indonesia (BI) mengatakan tren penguatan nilai tukar rupiah yang terus terjadi dalam beberapa hari terakhir masih sesuai dengan fundamental perekonomian domestik, dan bergerak sejalan mekanisme pasar.Kalau rupiah ini sudah di luar fundamentalnya, ke arah menguat, BI akan masuk
Oleh karena masih sesuai dengan fundamental perekonomian, Bank Sentral belum masuk ke pasar untuk intervensi nilai tukar.
Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo dalam Pertemuan Tahunan Industri Jasa Keuangan di Jakarta, Kamis, mengatakan jika rupiah menguat berkepanjangan dan dalam rentang yang tidak sesuai fundamental ekonomi, Bank Sentral tidak akan ragu untuk intervensi.
"Kalau rupiah ini sudah di luar fundamentalnya, ke arah menguat, BI akan masuk," ujar dia.
Sementara itu, di pasar spot, kurs rupiah pukul 15.00 WIB, atau menjelang penutupan masih menunjukkan tren penguatan di Rp13.650 per dolar AS, dibandingkan pembukaan pada Kamis pagi yang sebesar Rp13.678 per dolar AS.
Penguatan rupiah yang terus terjadi sejak awal 2020 masih sesuai fundamental, ujar Dody, karena perbaikan sejumlah indikator ekonomi domestik. Pelaku pesar merespon sentimen menjelang pengumuman pertumbuhan ekonomi kuartal IV 2019 yang diyakini BI akan lebih baik dibanding kuartal III 2019 yang sebesar 5,02 persen.
Selain itu, kata Dody, penurunan drastis defisit neraca perdagangan menjadi 3,2 miliar dolar AS pada 2019 dibanding 8 miliar dolar AS pada 2018 juga menjadi katalis positif yang menguatkan rupiah.
"Inflasi 2019 juga terkendali. Banyak faktor tersebut yang membuat rupiah menguat dan masih sesuai fundamental," ujar dia.
Dody menjelaskan penguatan rupiah memang memberikan dua sisi dampak bagi perekonomian. Dalam jangka pendek, penguatan rupiah akan meningkatkan kegiatan investasi dan konsumsi karena struktur biaya akan lebih murah. Dalam hal ini, penguatan rupiah akan mempermurah biaya impor.
Selain itu, dalam jangka pendek, penguatan rupiah juga akan berimbas positif pada aliran keuangan di tubuh korporasi yang memiliki utang valas. Korporasi tidak akan menderita kerugian kurs dari eksposur utang valas.
Namun, dalam jangka menengah-panjang, penguatan rupiah memang akan mengecilkan nilai ekspor. Karena harga komoditas ekspor setelah dikonversi ke rupiah, akan mengalami penurunan.
Dody menegaskan BI akan terus mengawal kurs rupiah bergerak sesuai fundamentalnya.
"Kita tidak akan ragu untuk masuk, jika sudah tidak sesuai dengan fundamentalnya," ujar dia.
Baca juga: Sri Mulyani: Penguatan rupiah belum berdampak terhadap APBN
Baca juga: BI yakin pada perkembangan rupiah, sehingga tak akan intervensi
Pewarta: Indra Arief Pribadi
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2020