• Beranda
  • Berita
  • Ekonom: Pasar obligasi dan pasar saham berpotensi lebih positif

Ekonom: Pasar obligasi dan pasar saham berpotensi lebih positif

17 Januari 2020 13:57 WIB
Ekonom: Pasar obligasi dan pasar saham berpotensi lebih positif
ILUSTRASI: Pasar obligasi dan pasar saham. ANTARA/Ardika/am.
Chief Economist & Investment Strategist PT Manulife Aset Manajemen Indonesia Katarina Setiawan menilai pasar obligasi dan pasar saham berpotensi lebih positif pada tahun ini dibandingkan 2019 lalu.

"Kami memandang positif potensi di pasar saham dan obligasi tahun ini. Tahun 2019 merupakan periode yang suportif bagi pasar obligasi didukung oleh tren penurunan suku bunga dan tingkat inflasi yang rendah. Iklim yang suportif masih akan berlanjut di 2020," ujar Katarina dalam keterangan resmi yang diterima Antara di Jakarta, Jumat.

Menurut Katarina, suku bunga Bank Indonesia diperkirakan tetap akomodatif, inflasi terkendali dan nilai tukar Rupiah terjaga. Selain itu kondisi pasar obligasi dunia juga suportif bagi pasar obligasi Indonesia.

Saat ini sekitar 12 triliun dolar AS obligasi pemerintah global menawarkan imbal hasil negatif, yang berpotensi mendorong investasi ke pasar obligasi yang memiliki imbal hasil tinggi seperti di Indonesia

Pasar obligasi Indonesia tahun lalu tumbuh 10 persen, jauh dibandingkan kinerja pasar saham yang stagnan di 2019 dimana IHSG tumbuh 1,7 persen.

Kendati demikian, Katarina memiliki pandangan yang konstruktif untuk pasar saham Indonesia. Setelah kinerja tahun 2018 dan 2019 yang mengecewakan, pasar saham mulai menunjukkan prospek yang lebih positif.

"Perubahan terutama terjadi dari sisi pasar global dengan tensi dagang Amerika Serikat- China yang mereda dan juga ekspektasi membaiknya aktivitas perdagangan global. Iklim pasar yang lebih positif ini dapat memberi dampak positif bagi kinerja pasar saham Indonesia," ujar Katarina.

Selain itu dari sisi domestik, pasar juga memperkirakan pertumbuhan pendapatan emiten yang lebih baik tahun ini di kisaran 10-12 persen, lebih baik dari 3-5 persen di 2019. Iklim politik domestik juga sudah lebih kondusif setelah periode Pemilu dan pembentukan kabinet selesai.

"Rencana reformasi kebijakan perpajakan dan ketenagakerjaan pemerintah untuk menarik investasi asing dapat menjadi faktor katalis yang mengangkat daya tarik pasar saham Indonesia," katanya.

Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2020