"Pertama mata rantai sistem transportasi berbasis jalan ramah lingkungan yang diawali dengan bus listrik yang akan beroperasi segera,” kata Direktur Utama PT Transportasi Jakarta (Transjakarta) Agung Wicaksono di Jakarta, Jumat.
Langkah kedua, Agung mengatakan, pihaknya akan mengupayakan pembiayaan agar dapat melapisi "Public Service Obligation" (PSO) dengan meningkatkan pemanfaatan aset non- tiket (Non Fare Box) yang tetap mendukung kenyamanan pelanggan.
Agung mengatakan langkah ketiga yang akan dilakukan Transjakarta dengan membentuk karakter penumpang yang mandiri dengan sistem "wayfinding" maupun sistem "Tap On Bus" (TOB) untuk layanan Metrotrans.
“Dengan begini kami, Transjakarta optimis bisa beriringan mengajak masyarakat beralih dari kendaraan umum ke transportasi publik. Ini seiring dengan cita-cita Pemprov DKI untuk mewujudkan Jakarta menjadi kota 4.0,” kata Agung.
Baca juga: Cuaca ekstrim tak kurangi layanan Transjakarta, bahkan ditingkatkan
Baca juga: TransJakarta Dapat Anugerah Revolusi Mental 2019, Tri Mumpuni: Transformasi Sosial yang Berhasil
Transjakarta merencanakan peta jalan 5.0 dengan mengembangkan alat pembayaran digital model baru selain TOB. Misalnya dengan QR Code yang saat ini mulai dikenal masyarakat umum.
Transjakarta telah berhasil meningkatkan jumlah pelanggannya sebesar 40 persen dari 2018 dengan 188,9 juta pelanggan menjadi 264,6 juta pelanggan pada 2019.
Selain itu, penambahan armada-armada baru yang mempermudah penggunaan transportasi massal dengan sistem "First Mile, Last Mile" turut ditingkatkan Transjakarta lewat mikrotrans dengan jumlah armada sebanyak 1.638 di tahun 2019.
Dinas Perhubungan (Dishub) DKI Jakarta memenangkan "Honorable Mentions" dari Komite Sustainable Award (STA) di Brazil karena berhasil transportasi massal "Bus Rapid Transit" (BRT).
Baca juga: Transjakarta telah melayani 80 persen wilayah Jakarta
Baca juga: Transjakarta rencanakan 20 bus listrik beroperasi saat formula E
Pewarta: Livia Kristianti
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2020