• Beranda
  • Berita
  • Carolina Marin, dari tarian Flamenco ke olahraga bulu tangkis

Carolina Marin, dari tarian Flamenco ke olahraga bulu tangkis

18 Januari 2020 21:50 WIB
Carolina Marin, dari tarian Flamenco ke olahraga bulu tangkis
Pebulutangkis tunggal putri asal Spanyol Carolina Marin melaju ke babak final Indonesia Masters 2020 setelah menundukkan wakil China He Bing Jiao dengan skor 21-11, 21-19 di Istora Senayan, Jakarta, Sabtu (18/1/2020). ANTARA/Cornea Khairany/am.

Dan akhirnya saya sadar bahwa saya sudah jatuh cinta pada olah raga bulu tangkis,

Pemain bulu tangkis tunggal putri asal Spanyol Carolina Marin mengaku sebelum berubah haluan menjadi atlet, dahulu dia memiliki cita-cita untuk menjadi penari Flamenco profesional.

"Sejak usia tiga tahun, saya sudah berkenalan dengan tari Flamenco. Tarian itu memang sangat terkenal di negara saya. Makanya saya tertarik untuk mempelajarinya dan bahkan bercita-cita menjadi penari Flamenco profesional," kata Marin saat ditemui usai bertanding di Istora Senayan, Jakarta, Sabtu.

Ketertarikan atlet peraih medali emas Olimpiade 2016 Rio de Janeiro itu terhadap tarian Flamenco berlangsung cukup lama, yaitu sampai dia menginjak usia 12 tahun hingga kemudian diperkenalkan kepada olah raga bulu tangkis oleh teman sekolahnya.

"Saya menekuni tarian Flamenco sampai usia 12 tahun. Setelah itu, saya merasa bahwa saya harus fokus sama pendidikan saya sendiri. Tapi kemudian teman saya memperkenalkan saya dengan bulu tangkis, dan saya tertarik untuk mencobanya," ujar Marin.

Perkenalan itu pun berlanjut dan akhirnya menimbulkan rasa cinta di dalam diri Marin. Sejak pertama kali bersentuhan dengan dunia olah raga tepok bulu tersebut, dia selalu rajin berlatih untuk mengasah kemampuannya.

Perasaan berbeda

Perempuan berusia 26 tahun itu juga mengaku memiliki perasaan yang berbeda setiap kali mengayunkan raket, baik saat berlatih maupun ketika bertanding di lapangan.

"Memang ada perasaan yang berbeda ketika saya menari Flamenco. Tapi entah mengapa, saya lebih menikmati permainan bulu tangkis ketimbang tarian Flamenco. Dan akhirnya saya sadar bahwa saya sudah jatuh cinta pada olah raga bulu tangkis," tutur Marin sumringah.

Meskipun demikian, Marin mengaku tidak akan melupakan tarian dari negara asalnya tersebut. Hingga kini, peraih gelar juara dunia tunggal putri tiga kali itu, yakni pada tahun 2014, 2015 dan 2018, mengaku masih suka melakukan tarian Flamenco di beberapa kesempatan.

"Kadang-kadang, dalam acara keluarga, saya masih suka menari Flamenco. Saya tidak menari sendirian, tapi bersama dengan anggota keluarga lainnya. Rasanya menyenangkan ketika menari bersama. Saya tidak lupa dengan tarian itu," ungkap Marin.

Carolina Marin sukses melewati semifinal Indonesia Masters 2020 dengan mengalahkan pemain China He Bing Jiao. Pada laga final yang digelar esok hari, Minggu (19/1), dia akan berhadapan dengan pebulutangkis unggulan ke-empat asal Thailand Ratchanok Intanon.

Baca juga: Carolina Marin tantang Tai Tzu Ying di final China Open

Baca juga: Caroline Marin harus istirahat enam bulan akibat cedera lutut

Baca juga: Marin cedera, gelar juara jatuh ke Saina Nehwal

Pewarta: Rr. Cornea Khairany
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2020