Greenback bertahan stabil di dekat tertinggi satu minggu terhadap euro pada 1,1096 dolar AS, dan sedikit di bawah tertinggi delapan bulan terhadap yen Jepang, di 110,19 yen per dolar AS.
"Orang-orang hanya mencari kabar baik di seluruh dunia," kata Chris Weston, Kepala Riset di pialang Melbourne, Pepperstone.
Baca juga: Yuan bangkit kembali, menguat 214 basis poin terhadap dolar AS
"Tema yang mendorong valas pada 2020, dengan tidak adanya divergensi bank sentral, saya pikir, adalah divergensi ekonomi dan tren ekonomi relatif," tambahnya.
Angka pada Jumat (17/1/2020) menunjukkan pembangunan perumahan baru AS melonjak ke level tertinggi 13 tahun pada Desember, dengan penjualan ritel juga meningkat dan ukuran aktivitas manufaktur rebound ke level tertinggi dalam delapan bulan.
Perhitungan berjangka menunjukkan bahwa tidak ada yang berpikir Federal Reserve AS akan memangkas suku bunga ketika bertemu di akhir bulan.
Baca juga: Dolar di kisaran paruh bawah 110 yen di awal perdagangan di Tokyo
Kekuatan itu muncul saat data ekonomi Eropa menunjuk ke arah yang berlawanan. Ekonomi Jerman pekan lalu membukukan pertumbuhan terlemah sejak 2013, sementara inflasi Inggris lesu dan penjualan ritel merosot.
Pound Inggris sedikit lebih rendah pada Senin menjadi 1,3002 dolar AS, terlemah dalam seminggu. Terhadap sekeranjang mata uang, greenback stabil di 97,620, sedikit di bawah tertinggi tiga minggu pada Jumat (17/1/2020).
Perdagangan tenang menjelang liburan di Amerika Serikat pada Senin waktu Setempat.
China, sementara itu, pada Jumat (17/1/2020) mencatat angka pertumbuhan tahunan paling lambat dalam hampir 30 tahun, meskipun data Desember menunjukkan kebangkitan kembali kepercayaan bisnis dan percepatan produksi pabrik.
Pasar keuangan China terbelah secara merata atas apakah suku bunga acuan pinjaman akan diturunkan atau tetap stabil sebagai respons, ketika ditetapkan pada 09.30 GMT pada Senin.
Yuan bertahan datar di 6,8643 per dolar dalam perdagangan luar negeri, tidak jauh di bawah tertinggi enam bulan yang dicapai pekan lalu.
Dolar Australia dan Selandia Baru sedikit merangkak naik, meskipun kenaikannya dibatasi karena investor menunggu data pekerjaan Australia pada Kamis (23/1/2020) untuk petunjuk penting langkah selanjutnya bagi suku bunga Australia.
Dolar Australia terakhir diperdagangkan 0,1 persen lebih kuat pada 0,6880 dolar AS, sedangkan dolar kiwi naik dengan margin yang sama menjadi 0,6615 dolar AS.
Bank sentrak Australia, Reserve Bank of Australia, akan bertemu bulan depan dengan kebakaran hutan yang meluas, dan efek depresi mereka pada sentimen konsumen yang sudah lemah, menambah kasus untuk stimulus lebih lanjut setelah tiga kali penurunan suku bunga tahun lalu.
Perhitungan berjangka memperkirakan peluang penurunan suku bunga sebesar 46 persen ketika RBA bertemu pada 4 Februari, tetapi itu kemungkinan akan bergeser lebih tinggi jika data Kamis (23/1/2020) tentang pengangguran menempatkannya lebih tinggi dari ekspektasi pasar 5,2 persen.
"Tingkat pengangguran‘ tinggi ’di atas 5,0 persen akan memperkuat pandangan bahwa stimulus lebih lanjut diperlukan," tulis analis Commonwealth Bank of Australia dalam sebuah catatan. "Kami perkirakan RBA akan memberikan lebih banyak stimulus kebijakan dengan penurunan suku bunga 25 basis poin."
Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2020