Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian memperluas pengembangan produk hortikultura berorientasi ekspor dengan menanam pisang cavendish di Kabupaten Blitar, Jawa Timur.Ini merupakan program quick wins Kemenko Perekonomian yang bertujuan menekan defisit neraca perdagangan nasional
"Ini merupakan program quick wins Kemenko Perekonomian yang bertujuan menekan defisit neraca perdagangan nasional," kata Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Susiwijono dalam keterangan pers di Jakarta, Selasa.
Penanaman perdana komoditas pertanian untuk ekspor itu merupakan yang kedua setelah sebelumnya dilakukan di Kabupaten Jembrana, Bali, Desember 2019.
Baca juga: Pengusaha gandeng petani Blora kembangkan pisang cavendish
Di Blitar, pemerintah menanam pisang kualitas ekspor itu di lahan percontohan seluas sekitar empat hektare.
Ia mengharapkan petani melihat secara langsung proses dan keberhasilan dari budidaya tanaman itu, untuk kemudian mereka bisa bergabung dan akan mendapatkan pendampingan mulai dari proses produksi hingga pemasaran.
Pisang cavendish, kata dia, merupakan salah satu komoditas hortikultura yang mempunyai prospek pengembangan yang baik karena memiliki nilai ekonomi tinggi dan potensi pasar yang masih terbuka luas.
Saat ini, ekspor pisang cavendish sudah dilakukan ke beberapa negara yaitu ke China, Jepang, Korea, dan Timur Tengah. Namun, permintaan dari negara tersebut masih belum dapat tercukupi karena keterbatasan lahan produksi pisang cavendish.
Oleh karena itu, pengembangan komoditas hortikultura berorientasi ekspor, ucapnya, akan terus dilakukan di berbagai daerah.
Baca juga: Kemenko Perekonomian dorong budi daya pisang bidik pasar ekspor
Sesuai dengan target, pemerintah akan terus mengembangkan kawasan hortikultura berorientasi ekspor di kabupaten lainnya, seperti Kabupaten Bener Meriah, dan Kabupaten Bondowoso.
Pengembangan ini dilakukan melalui kerja sama antara pemerintah, swasta yakni Great Giant Pineapple (GGP) dan petani.
"Saya berharap pola seperti ini dapat terus digulirkan di level nasional, sehingga nantinya akan sangat besar kontribusinya terutama untuk menyelesaikan permasalahan utama ekonomi kita terkait defisit neraca perdagangan," ujar Susiwijono.
Baca juga: Pisang Pontianak masuk pasar ekspor
Pemerintah terus mendorong pengembangan produk yang memiliki daya saing dan potensi ekspor seperti produk sektor pertanian sebagai kontributor ketiga terbesar dalam Produk Domestik Bruto (PDB), setelah sektor industri dan perdagangan.
Sektor pertanian, lanjut dia, juga merupakan sektor yang mengalami surplus saat sektor lain mengalami defisit neraca perdagangan.
Pada Agustus 2019, ia menjelaskan sektor pertanian tercatat tumbuh sebesar 12 persen dari tahun sebelumnya.
Pemerintah, kata dia, melakukan dua upaya untuk memitigasi defisit neraca perdagangan yakni mendorong neraca pembayaran surplus melalui peningkatan investasi asing langsung (FDI) dan mengurangi investasi asing jangka pendek (portofolio).
"Selain itu, upaya mengurangi defisit transaksi berjalan ditempuh dengan mengeluarkan berbagai kebijakan untuk meningkatkan produk ekspor dan mengembangkan substitusi impor," katanya.
Baca juga: Pisang agung Lumajang diekspor ke Malaysia
Ia menambahkan, beberapa kebijakan jangka pendek yang telah diterapkan pemerintah di antaranya perbaikan iklim usaha melalui pelayanan dan perizinan terintegrasi, yang dikenal sebagai Online Single Submission (OSS).
Selain itu, melalui pemberian insentif fiskal bagi industri berorientasi ekspor, dan pengembangan produk berdaya saing tinggi dan berorientasi ekspor, tak hanya produk hasil industri, namun juga produk pertanian.
Baca juga: 40 ton pisang diekspor dari Puspa Agro ke Malaysia
Pewarta: Dewa Ketut Sudiarta Wiguna
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2020