• Beranda
  • Berita
  • Ahli: Penyakit degeneratif memiliki kaitan erat dengan obesitas

Ahli: Penyakit degeneratif memiliki kaitan erat dengan obesitas

21 Januari 2020 20:51 WIB
Ahli: Penyakit degeneratif memiliki kaitan erat dengan obesitas
Ahli gizi dari Institut Pertanian Bogor (IPB) Prof Dr Ir Ali Khomsan. (Foto : ANTARA/Istimewa).

Faktor keturunan itu ada namun tidak sebesar faktor lingkungan atau yang diterapkan anak-anak itu sendiri,

Ahli gizi dari Institut Pertanian Bogor (IPB) Prof Dr Ir Ali Khomsan mengatakan penyakit degeneratif yaitu kondisi kesehatan seseorang yang terjadi akibat memburuknya suatu jaringan atau organ seiring waktu memiliki kaitan erat dengan obesitas.

"Penyakit degeneratif itu saat ini sudah menjadi pembunuh yang utama di Indonesia," kata dia saat dihubungi di Jakarta, Selasa.

Oleh karena itu, anak-anak yang dari kecil sudah obesitas sebaiknya diatasi sebelum usia 17 tahun atau masih di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA). Sehingga saat memasuki tahapan pertumbuhan selanjutnya hingga dewasa bisa berbadan ideal dan langsing.

Namun, jika hal itu tidak bisa diantisipasi maka kegemukan atau obesitas tadi akan ia bawa hingga dewasa dan dikhawatirkan berdampak pada penyakit degeneratif.

Baca juga: Studi: diet ketat bisa membunuh Anda lebih cepat dari obesitas

Ia menyebutkan kelebihan gizi pada seseorang juga ditandai dengan obesitas. Hal itu dapat membawa dampak buruk pada sisi kesehatan.

Biasanya, ujar dia anak-anak obesitas terjadi di kalangan ekonomi menengah ke atas atau di sekolah-sekolah bagus dan jarang ditemukan di sekolah biasa-biasa saja.

"Kita bisa menemukan anak gemuk itu 20 sampai 30 persen di sekolah yang bagus, sedangkan di Sekolah Dasar yang biasa hanya kisaran 10 persen saja," ujarnya.

Baca juga: Berat badan turun, risiko kena kanker payudara lebih rendah

Artinya, tingkat kesejahteraan orang tua membawa dampak bagi perbaikan gizi anak yang juga dapat mengarah pada obesitas apabila tidak dikontrol dengan baik.

Selain pola makan, obesitas juga dapat terjadi karena faktor keturunan dan gaya hidup yang ringan-ringan saja atau kurang aktivitas olahraga.

"Faktor keturunan itu ada namun tidak sebesar faktor lingkungan atau yang diterapkan anak-anak itu sendiri," ujar dia.

Baca juga: Konsumsi protein berlebih bisa bahayakan ginjal

Pewarta: Muhammad Zulfikar
Editor: Hendra Agusta
Copyright © ANTARA 2020