• Beranda
  • Berita
  • Harga minyak turun, tertekan permintaan dan krisis minyak Libya

Harga minyak turun, tertekan permintaan dan krisis minyak Libya

22 Januari 2020 06:05 WIB
Harga minyak turun, tertekan permintaan dan krisis minyak Libya
Pelabuhan minyak Marsa al Hariga di Kota Tobruk, Libya. ANTARA/REUTERS/Ismail Zitouny/aa.

Pelaku pasar tidak tampak terlalu khawatir saat ini tentang penutupan produksi di Libya

Harga minyak turun pada akhir perdagangan Selasa (Rabu pagi WIB), karena para pedagang khawatir tentang perlambatan ekonomi global, yang dapat melemahkan permintaan energi.

Minyak berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Februari, ditutup 20 sen lebih rendah pada 58,34 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.

Sementara itu minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Maret turun 61 sen menjadi menetap pada 64,59 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange.

Dana Moneter Internasional (IMF) memotong proyeksi pertumbuhan global pada Senin (20/1/2020), mengutip kejutan negatif di beberapa pasar negara berkembang, terutama di India, dan meningkatnya keresahan sosial, tetapi menambahkan bahwa "pertumbuhan global mungkin akan mencapai titik terendah."

IMF memangkas proyeksi pertumbuhan global untuk tahun ini dan tahun depan masing-masing sebesar 0,1 poin persentase dan 0,2 poin persentase. Pertumbuhan ekonomi global sekarang diproyeksikan meningkat 3,3 persen pada 2020 dan 3,4 persen pada 2021.

Kekhawatiran atas melemahnya permintaan melebihi kekhawatiran tentang krisis minyak Libya, menurut para ahli.

Pelaku pasar tidak tampak terlalu khawatir saat ini tentang penutupan produksi di Libya, analis energi di Commerzbank Research mengatakan dalam sebuah catatan pada Selasa (21/1/2020).

National Oil Corporation (NOC), perusahaan BUMN Libya pada Sabtu (18/1/2020) menyatakan keadaan force majeure di pelabuhan-pelabuhan minyak, menuduh tentara yang berbasis di timur menutup pelabuhan-pelabuhan itu.

Penutupan pelabuhan menyebabkan hilangnya produksi minyak mentah harian 800.000 barel, atau setara harian 55 juta dolar AS, NOC mengatakan dalam sebuah pernyataan.

Baca juga: Wall Street ditutup jatuh saat virus China mencapai Amerika Serikat

Baca juga: Gara-gara virus China, yuan melemah dan mata uang "safe-haven" menguat

Baca juga: Emas turun setelah raih tertinggi 2-minggu, tetap di atas 1.550 dolar


 

Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2020