Perajin yang tergabung dalam kelompok usaha "Kembang Ilung", di Amuntai Selatan, Kabupaten Hulu Sungai Utara, Kalimantan Selatan, memproduksi ribuan buah aneka jenis kerajinan bernilai mahal yang berbahan dari eceng gondok yang selama ini dinilai gulma.Jadi potensi eceng gondok di sekitar rumah kami ini sudah tak terlihat banyaknya
Ketua kelompok usaha Kembang Ilung, Supian Nor di Amuntai Serlatan, Rabu, mengatakan, usaha mengolah eceng gondok menjadi kerajinan itu sudah dilakukan beberapa tahun belakangan, usai mengikuti pelatihan pembuatan eceng gondok untuk kerajinan di Jogyakarta.
"Jadi potensi eceng gondok di sekitar rumah kami ini sudah tak terlihat banyaknya, dan selama ini justru dinilai menjadi masalah oleh petani setempat, dan sekarang dimanfaatkan untuk kerajinan," kata Supian Nor.
Wartawan ANTARA yang melakukan perjalanan ke Desa Banyu Hirang, Kecamatan Amuntai Selatan, menyaksikan para perajin mengolah eceng gondok menjadi barang mahal.
Di antaranya, tikar yang diolah sedemikian rupa sehingga sangat menarik dan dijual seharga Rp500 ribu per lembar.
Begitu juga satu set kursi yang terbuat dari eceng gondok dijual ratusan ribu rupiah juga per set nya, belum lagi tas perempuan, sandal, gantungan kunci, tempat tissu, tempat HP, wadah makanan, dan ada 50 jenis kerajinan yang terbuat dari bahan yang selama ini dinilai tak berguna tersebut.
Supian Nor yang menjadi penggerak kelompok Kembang Ilung tersebut memperlihatkan proses pengolahan kerajinan dari eceng gondok di rumahnya, yang sekaligus menjadi galeri pemajangan dan penjualan 50 jenis kerajinan.
Selain eceng gondok kelompok usaha mereka juga menggandrungi pengolahan kerajinan tanaman purun, serta bambu, sehingga aneka jenis kerajinan yang menghasilkan banyak uang.
Untuk memperkenalkan hasil kerajinan tersebut menurut Supian Nor pihaknya sudah melakukan berbagai kegiatan pameran di beberapa tempat di tanah air ini.
Baca juga: Eceng gondok bisa diubah dari gulma jadi bermanfaat
Baca juga: Peneliti : eceng gondok berpotensi ekonomi bila dikelola dengan baik
Pewarta: Imam Hanafi/hasan zainudin
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2020