"Keputusan Pemkot ini wujud kecintaan Bu Risma ke Persebaya sehingga muncul solusi bijak," ujar tokoh PDIP Surabaya Syaifudin Zuhri kepada wartawan di Surabaya, Rabu.
Menurut dia, Persebaya tak hanya kebanggaan warga Surabaya, tapi juga berbagai daerah sehingga konsistensinya harus didukung dalam persepakbolaan Tanah Air.
Baca juga: Manajemen segera laporkan markas Persebaya ke PSSI
"Seandainya tidak bermain di Surabaya maka ruh Persebaya akan hilang. Begitu pula bonek-bonita pasti merasakan kesedihan mendalam karena tidak bisa mendukung klub kebanggaannya," ucapnya.
Terlebih, kata dia, diputuskannya Persebaya bermain di ASEAN Club Championship oleh PSSI pada tahun ini membuat tim harus bergerak mempersiapkan pemain terbaik demi menuai prestasi.
"Makanya ini adalah keputusan terbaik. Persebaya bisa bermain di Surabaya, tapi di satu sisi persiapan Piala Dunia U-20 juga tetap berjalan," kata ketua Fraksi PDIP DPRD Surabaya tersebut.
Sebelumnya, Pemkot memastikan Surabaya tetap menjadi markas dan Stadion Gelora Bung Tomo sebagai kandang Persebaya untuk mengarungi Liga 1 musim kompetisi 2020.
Baca juga: Pemkot pastikan Surabaya tetap markas Persebaya
"Berdasarkan hasil pertemuan, Persebaya tetap bisa main di Stadion GBT," ujar Kepala Bidang Sarana dan Prasarana Dinas Pemuda dan Olah Raga Kota Surabaya Edi Santoso ditemui usai Rapat Koordinasi dengan manajemen tim dan perwakilan Bonek di Surabaya.
Namun, penggunaan stadion berkapasitas 50 ribu penonton tersebut hanya bisa sampai akhir Juli 2020 dengan alasan pergantian rumput lapangan saat renovasi menjelang Piala Dunia U-20.
Setelah Juli, ia juga menegaskan Persebaya dipersilakan bertanding di Stadion Gelora 10 November Jalan Tambak Sari Surabaya.
Bahkan, kata dia, pada pekan kedua Juni 2020 akan dirapatkan dan dibahas teknis bersama ahli konstruksi.
Baca juga: Persebaya Surabaya perkenalkan kiper Rivky Mokodompit
Pewarta: Fiqih Arfani
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2020