Dokter spesialis jantung dari RS MMC Jakarta, dr. Dicky Armein Hanafy mengatakan, pingsan berulang disertai keluhan jantung berdebar-debar adalah satu ciri yang perlu Anda waspadai.
"Pingsan terkadang tidak berbahaya. Tetapi walau hanya sekali, tetapi kalau ada riwayat berdebar sebelumnya, harus segera diperiksakan," kata dia dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis.
Baca juga: Bedanya berdebar jatuh cinta dan penyakit berbahaya
Baca juga: Kenali kelainan irama jantung dan lakukan pertolongan ini
Pada dasarnya, pingsan terjadi saat otak kekurangan oksigen apapun penyebabnya. Selain keluhan jantung berdebar, kondisi ini bisa menjadi pertanda bahaya (misalnya aritmia) jika disertai faktor riwayat keluarga mati mendadak.
"Kalau hanya pingsan tidak ada keluhan sebelumnya umumnya bisa saja enggak ada apa-apa. Tetapi ada riwayat di keluarga mati mendadak, nah itu harus segera diperiksakan. Jangan-jangan gejala awal mati mendadak juga," ujar Dicky.
Aritmia merupakan penyakit sistem listrik jantung. Adanya gangguan pada pembentukan atau penjalaran impuls listrik menyebabkan irama jantung tidak berdenyut secara ritmik, bisa terlalu cepat atau terlalu lambat.
Normalnya, jantung berdenyut sebanyak 50-90 kali per menit. Denyut jantung disebut berdetak terlalu cepat saat mencapai 200 kali per menit. Sementara denyut jantung dikatakan melambat ketika terhitung 40 kali per menit.
Dalam kesempatan yang sama, dokter spesialis jantung dari RS MMC Jakarta. dr. Sunu Budhi Raharjo menuturkan, sebelum pingsan, pasien aritmia biasanya terlebih dulu mengalami pusing atau kleyengan akibat pompa jantung tidak optimal.
Jika hal ini terjadi, sebaiknya segera periksakan diri ke dokter terutama spesialis aritmia, khususnya jika Anda sudah berusia di atas 30 tahun untuk mendapat penanganan.
Aritmia yang tak tertangani dengan baik, bisa menyebabkan kerusakan otak permanen hingga kematian mendadak penderitanya.
Baca juga: Obat-obatan hanya ringankan gejala kelainan katup jantung
Baca juga: Kenali teknik "menari" untuk deteksi kelainan irama jantung (video)
Baca juga: Cokelat turunkan risiko penyakit jantung
Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2020