"Gerakan menanam pohon, menjaga sungai agar bebas dari sampah, menjaga sumber mata air kehidupan, dan merawat lingkungan hidup agar semakin asri adalah hadiah istimewa bagi Ibu Megawati Soekarnoputri," kata Sekjen DPP PDI Perjuangan, Hasto Kristiyanto dalam keterangan tertulisnya, di Jakarta, Kamis.
Gerakan mencintai bumi ini, kata Hasto, bersifat wajib bagi anggota dan kader PDI Perjuangan sebagai bentuk dedikasi bagi Megawati yang begitu mencintai tanaman.
"Jadi politik itu sederhana. Politik itu bukan ramai di media. Politik itu karya bagi kehidupan dan masa depan," kata Hasto.
Hasto pun menceritakan pengalamannya ketika menemani Megawati di salah satu kebun tanamannya di Bogor.
"Ada sebuah pohon langka yang dahannya patah, dengan penuh rasa sayang, Ibu Megawati merawat pohon itu, dan dengan cekatan membuat semacam gips untuk menyambung dahan yang patah itu. Semua dilakukan dalam hening, penuh kontemplasi. Ia punya hak hidup kata Ibu Mega kepada saya," ujar Hasto.
Dalam cerita kuno, Hasto menceritakan sosok satria yang bertapa "ngalong" seluruh mata hati dan pikirannya penuh kepasrahan dan rasa cinta terhadap bumi dan seluruh alam semesta.
Ia pun mendapat ilmu Pancasona, ilmu keabadian, dimana meski Satria itu mati, namun begitu raganya menyentuh bumi, ia akan hidup kembali.
"Apa yang dilakukan oleh Ibu Mega adalah menghadirkan wajah politik pada esensi mencintai dan merawat kehidupan. Hal inilah yang menjadi salah satu kekuatan Beliau mengapa mampu menghadapi berbagai ujian dan terpaan gelombang politik," kata Hasto.
Puncak gerakan mencintai bumi itu akan dilakukan di Jawa Barat, dengan melakukan penghijauan di lahan kritis sepanjang Sungai Citarum, Jawa Barat pada 2 Februari 2020 sebagai kado istimewa bagi Ibu Megawati Soekarnoputri.
Baca juga: Megawati ultah dimeriahkan peluncuran buku dan pentas musik
Baca juga: Megawati Ultah Ke-71 dengan semangat 17 tahun
Baca juga: Megawati rayakan ultah dengan pertunjukkan teater
Baca juga: Presiden Jokowi tertawa sampai akhir di ultah Megawati
Pewarta: Syaiful Hakim
Editor: Yuniardi Ferdinand
Copyright © ANTARA 2020