Mahasiswa sebagai kaum intelektual muda dan agen perubahan sudah seharusnya membawa perubahan yang baik bagi bangsa Indonesia, kata Suhardi, saat memberikan kuliah umum Universitas Telkom, Bandung, Kamis.
Dalam keterangan tertulis kuliah umum terkait penanggulangan radikalisme dan terorisme ini, Kepala BNPT ini mengatakan penyebaran paham radikalisme begitu masif di kalangan milenial, diharapkan mahasiswa yang menjadi tumpuan masa depan bangsa tidak terpapar oleh paham radikal terorisme karena dapat menyebabkan disintegrasi bangsa.
Kepada sekitar 1.000 orang yang terdiri dari para dosen, pegawai, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) serta himpunan mahasiswa yang ada di lingkungan Universitas Telkom Bandung, Suhardi meminta mereka dapat mengidentifikasi, cara menghadapi dan mengatasi paham-paham tersebut muncul di lingkungannya.
"Dan satu-satunya jalan adalah kita mengenal bangsa kita sendiri dengan wawasan kebangsaan dan kearifan lokal yang kita miliki. Karena sekarang ini banyak orang yang tidak mengenal jati diri bangsa, budaya dan nilai-nilai yang kita miliki," kata Suhardi Alius.
Lebih lanjut Kepala BNPT menyampaikan perlunya imunitas dan daya tahan terhadap perkembangan dinamika global dengan menggunakan kearifan lokal. Karena kearifan lokal tidak hanya sekedar budaya, namun juga nilai (value).
"Sekarang kita coba untuk kembali merajut itu kembali, karena itu saya minta Forum Komunikasi Pencegahan Terorisme (FKPT) yang ada di masing-masing provinsi untuk bekerjasama dengan Pemerintah Daerah setempat untuk menginventarisir kembali, karena betapa kayanya budaya kita itu. Kalau itu sampai tidak dipelihara dengan baik, itu bisa hilang,” tutur mantan Kabareskrim Polri ini.
Menurut alumni Akpol tahun 1985 ini, saat ini sudah banyak masuk nilai dari luar yang tidak sesuai dengan karakter dan jati diri bangsa Indonesia, dimana telah menyebabkan lunturnya nasionalisme para generasi muda.
"Untuk itu pendidikan karakter harus kita mulai dari usia dini, diinternalisasi lalu implementasinya saat mereka dewasa. Jika tidak terserap dengan baik, jangan salahkan nanti kalau mereka keluar jalur. Dan tentunya ini adalah tanggung jawab kita semua," ujar Kepala BNPT.
Dalam kesempatan tersebut mantan Sekretaris Utama (Sestama) Lemhannas RI ini juga mengatakan bahwa berdasarkan penelitian yang dilakukan FKPT selaku mitra strategis BNPT di daerah, kearifan lokal ini juga bisa digunakan untuk mereduksi penyebaran paham-paham radikal terorisme.
"Bangsa kita terdiri dari hampir lebih 700 etnik dan hampir 1.000 bahasa. Yang namanya kearifan lokal itu bukan hanya budaya, tapi itu nilai atau value kita sebagai bangsa. Bayangkan kita punya hampir 500 lebih kabupaten dan kota seluruh Indonesia dan masing-masing punya kearifan lokal itu kekayaan yang tidak bisa hilang, nah sekarang harus kita kembalikan itu,” katanya.
Baca juga: Polri sambangi BNPT bahas jabatan fungsional
Baca juga: Deputi BNPT: Tidak mudah deradikalisasi eks kombatan ISIS
Baca juga: BNPT minta para Dai muda ikut berperan berikan pesan perdamaian
Baca juga: BNPT dan BSSN kerja sama pengamanan siber dari ancaman teroris
Pewarta: Joko Susilo
Editor: Yuniardi Ferdinand
Copyright © ANTARA 2020