Kepala BKSDA Sumsel, Genman Suhefti Hasibuan di Palembang, Jumat, mengatakan setiap desa wajib menanam dua hektare pohon dari jenis-jenis asli yang akan menghasilkan hasil hutan non kayu (HHNK).
"Nanti pohonnya bisa berbuah jika sudah besar, jadi masyarakat juga ada motivasi untuk terus menjaga kawasan konservasi," ujar Genman..
Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumsel per 19 November 2019, total hutan konservasi yang terbakar mencapai 63.449 hektar yang terdiri dari 49.419 suaka margasatwa dan 14.037 hektar taman nasional.
Menurut dia Suaka Margasatwa Padang Sugihan di Kabupaten Banyuasin dan OKI yang menjadi habitat 114 ekor Gajah Sumatera memang paling terdampak dari kebakaran hutan dan lahan di Sumsel selama 2019 dibanding wilayah konservasi lainnya.
"Tetapi kawasan yang terbakar hanya di bagian pinggiran saja dan tidak masuk ke tengah, jadi kawanan Gajah Sumatera sebetulnya masih aman," tambah Genman.
Lahan yang terbakar disebabkan masih adanya masyarakat membuka lahan pertanian dengan sonor atau sengaja membakar, atau juga mungkin warga sengaja membakar agar pada musim hujan tumbuh pucuk-pucuk rumput baru untuk Kerbau Rawa.
"Kalau rumputnya tumbuh baru, maka masyarakat yang memelihara Kerbau Rawa di situ tidak akan kerepotan, melainkan cukup dilepasliarkan saja," kata Genman.
Meski cukup terdampak, namun kondisinya tidak separah jika dibandingkan kebakaran hutan dan lahan pada 2015, kata dia, karena pihaknya telah lebih bersiaga dengan membuat pos-pos dan menurunkan petugas patroli di wilayah konservasi saat terjadi karhutla.
"Selama 2019 ini juga tidak ada laporan satwa yang menjadi korban karhutla," demikian Genman.
Pewarta: Aziz Munajar
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2020