Dinkes: Tak ada laporan virus corona di Jabar

24 Januari 2020 18:19 WIB
Dinkes: Tak ada laporan virus corona di Jabar
Kepala Dinas Kesehatan Jawa Barat Berli Hamdani Gelung Sakti. ANTARA/ Dok ASJ

Provinsi Jabar merupakan destinasi favorit bagi wisatawan asing seperti Jepang, Singapura, Korea Selatan, dan Thailand. Selain itu, Jabar juga menjadi lokasi proyek kereta api cepat Bandung-Jakarta dimana banyak pekerja berasal dari China yang merupa

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat mengonfirmasi hingga kini tidak ada laporan virus corona (2019-nCov)  di wilayah provinsi itu.

"Hingga 23 Januari belum ditemukan ada penderita pneumonia terkonfirmasi akibat novel coronavirus. Tapi Kementerian Kesehatan sudah mengeluarkan edaran kepada setiap pemda agar meningkatkan kewaspadaan," ujar Kepala Dinas Kesehatan Jabar, Berli Hamdani di Bandung, Jumat.

Komite Emergensi International Health Regulation (IHR) pada Kamis (23/1/2020) menyatakan pneumonia akibat novel coronavirus bukan keadaan yang membahayakan kesehatan manusia namun demikian kewaspadaan dan upaya pencegahan tetap diperlukan.

Menurutnya, provinsi dengan karakteristik seperti Jabar berpotensi terpapar berbagai macam virus.
Baca juga: Pemerintah Indonesia akan mendeteksi warga dari Tiongkok

Provinsi Jabar merupakan destinasi favorit bagi wisatawan asing seperti Jepang, Singapura, Korea Selatan, dan Thailand. Selain itu, Jabar juga menjadi lokasi proyek kereta api cepat Bandung-Jakarta dimana banyak pekerja berasal dari China yang merupakan negara asal virus ini.

Diketahui, kelima negara ini sudah terpapar corona, ditambah Taiwan, Vietnam, dan Amerika Serikat.

“Enam kasus kematian telah dilaporkan dari Wuhan, China dan dilaporkan telah ada 16 petugas layanan kesehatan telah terinfeksi. Tidak menutup kemungkinan Jabar bisa terpapar,” kata Berli.

Sebagai langkah antisipasi, Dinas Kesehatan telah melakukan tiga hal penting.
Baca juga: 93 WNI tertahan di Wuhan

Pertama, koordinasi dan pemberian informasi antar sektor terkait laporan dan penanganan kasus suspek pneumonia akibat novel coronavirus.

Kedua, membuat surat edaran kewaspadaan kepada rumah sakit, puskesmas dan klinik untuk meningkatkan kewaspadaan, penanganan dan rujukan dalam penanganan kemungkinan pasien novel coronavirus.

Ketiga, memberikan informasi seterang mungkin dan edukasi kepada masyarakat melalui berbagai media.

“Termasuk di media sosial,” kata Berli.

Berli merekomendasikan masyarakat tidak panik sambil tetap waspada dan mengurangi risiko penularan virus melalui langkah- langkah responsif dan cepat.
Baca juga: RSHS Bandung siapkan sarana khusus terkait Virus Corona

Pertama, jika ada riwayat perjalanan dan kontak dengan orang yang bepergian ke wilayah Cina (Wuhan) atau negara yang terjangkit dalam waktu 14 hari dan mengalami demam di atas 38 derajat, batuk, sulit bernapas, segera kunjungi rumah sakit atau puskesmas terdekat.

“Jangan tunggu besok lagi,” kata Berli.

Kedua, kata Berli, hindari kontak dekat dengan siapa pun yang menderita demam dan batuk dengan riwayat perjalanan dari negara terjangkit.

Ketiga, sering mencuci tangan dengan air sabun atau pembersih tangan berbasis alkohol. Ketiga, tutup mulut dan hidung dengan siku tertekuk atau tisu ketika batuk dan bersin. “Jangan lupa segera buang tisu dan cuci tangan,” kata Berli.

Keempat, hindari kontak dekat dengan siapa pun yang menderita demam dan batuk.

“Pakai masker apabila menderita gangguan pernapasan atau batuk,” katanya.

Terakhir, berhati-hati dalam mengonsumsi produk hewani mentah atau setengah matang untuk menghindari kontaminasi silang dengan makanan mentah.
Baca juga: Dokter: Virus corona akibatkan infeksi gejala ringan hingga berat


 

Pewarta: Ajat Sudrajat
Editor: Muhammad Yusuf
Copyright © ANTARA 2020