Balai Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BP3TKI) Pekanbaru menduga kuat kapal kayu yang tenggelam di perairan Provinsi Riau di Selat Malaka mengangkut tenaga kerja Indonesia (TKI) tanpa izin atau ilegal.PJTKI sudah lama tidak ada lagi. Kalau tenaga kerja dari Riau adalah yang tenaga ahli. Kalau yang pekerja kasar itu adalah TKI Ilegal
Kepala Seksi Perlindungan BP3TKI Pekanbaru, Bahrizal di Pekanbaru, Sabtu mengatakan identitas 20 penumpang kapal yang diduga TKI belum bisa dipastikan.
Baca juga: Polisi tangkap dua terduga penyalur TKI yang tenggelam di Rupat
Hal itu menguatkan bahwa penumpang adalah buruh migran Indonesia tanpa izin yang menggunakan jasa tekong untuk masuk ke Malaysia lewat jalur tidak resmi melalui pelabuhan tikus.
"Diduga kuat mereka TKI ilegal," kata Bahrizal kepada wartawan di Pekanbaru.
Baca juga: Gelombang tinggi sulitkan pencarian korban kapal karam di Selat Malaka
Ia menjelaskan dugaan itu disebabkan tidak ada lagi Perusahaan Jasa Tenaga Kerja Indonesia (PJTKI) di Riau. Penyaluran buruh migran atau TKI yang resmi hanya melalui Pelaksana Penempatan TKI Swasta (PPTKIS) yang diakui oleh dinas tenaga kerja setempat.
Baca juga: Tim SAR temukan satu TKI dari kapal tenggelam di perairan Riau
"PJTKI sudah lama tidak ada lagi. Kalau tenaga kerja dari Riau adalah yang tenaga ahli. Kalau yang pekerja kasar itu adalah TKI Ilegal," katanya.
Selain itu, dugaan TKI ilegal semakin diperkuat karena kapal yang tenggelam berangkat dari Pulau Rupat di Kabupaten Bengkalis pada malam hari dengan standar keamanan yang tidak terjamin.
"Kalau malam hari pasti yang berangkat menuju Malaysia itu ilegal. Kalau resmi berangkat siang hari memakai kapal yang standar keselamatan," ujarnya.
Kepala Basarnas Pekanbaru Ishak menjelaskan seluruh TKI yang hendak menuju negeri jiran tersebut diketahui berangkat dari Pulau Rupat Kabupaten Bengkalis pada Selasa (21/1) malam sekira pukul 21.30 WIB.
Sebanyak 10 penumpang ditemukan dalam kondisi selamat oleh nelayan di perairan Kabupaten Bengkalis. Kemudian satu penumpang ditemukan dalam kondisi meninggal dunia, dan sembilan lainnya masih hilang.
Karamnya kapal yang mengangkut penumpang rata-rata dari Provinsi Sumatera Utara tersebut diduga karena mengalami kebocoran.
Upaya pencarian masih terus dilakukan oleh tim SAR gabungan dari Basarnas, Kepolisian dan SAR Malaysia.
Pewarta: FB Anggoro
Editor: Heru Dwi Suryatmojo
Copyright © ANTARA 2020