• Beranda
  • Berita
  • Permintaan emas fisik Asia lesu karena libur dan ancaman virus

Permintaan emas fisik Asia lesu karena libur dan ancaman virus

25 Januari 2020 11:20 WIB
Permintaan emas fisik Asia lesu karena libur dan ancaman virus
Pramuniaga menunjukkan emas batangan untuk investasi di sebuah gerai emas di Malang, Jawa Timur, Selasa (16/4/2019). Pengusaha emas setempat mengaku fluktuasi harga emas dengan kecenderungan naik membuat permintaan investasi emas batangan turun 50 persen. ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto/wsj.

China, konsumen emas terbesar di dunia, sedang meningkatkan langkah-langkah untuk mengatasi virus yang telah menewaskan 26 orang, ...

Permintaan emas fisik di pusat-pusat utama Asia minggu ini tampak lesu, karena liburan Tahun Baru Imlek dengan kekhawatiran yang berkembang bahwa wabah virus corona di China dapat semakin mengurangi aktivitas.

China, konsumen emas terbesar di dunia, sedang meningkatkan langkah-langkah untuk mengatasi virus yang telah menewaskan 26 orang, menangguhkan transportasi umum di 10 kota, menutup kuil selama Tahun Baru Imlek dan bahkan menutup Kota Terlarang dan sebagian dari Tembok Raksasa.

"Dengan China memasuki Tahun Baru Imlek dan penyakitnya, itu (pasar emas) sepi," kata Ronald Leung, kepala dealer di Dealer Emas Lee Cheong di Hong Kong.

Harga emas spot internasional telah meningkat sekitar 0,1 persen sejauh minggu ini, sebagian besar bertahan di atas level 1.550 dolar AS per ounce.

Baca juga: Cemaskan virus China, emas lompat 6,50 dolar ke tertinggi tiga minggu

Premi 2-5 dolar AS per ounce dibebankan pada tarif patokan di China, dibandingkan 5-6 dolar AS pada minggu sebelumnya.

“Saya pikir situasi virus pasti berdampak buruk pada premi emas. (Namun,) dampak negatifnya mungkin tidak sebesar yang diperkirakan beberapa orang,” kata Samson Li, seorang analis logam mulia di Refinitiv GFMS yang berbasis di Hong Kong.

Di Hong Kong, emas dijual di mana saja di antara premi hingga 0,1 dolar AS per ounce setara dengan acuan, dibandingkan premi 0,40-0,60 dolar AS minggu lalu.

Di India, para pedagang menawarkan diskon hingga 11 dolar AS per ounce atas harga domestik resmi, yang mencakup pajak impor 12,5 persen dan pajak penjualan tiga persen, tidak berubah dari minggu lalu.

“Permintaan ritel lemah. Pasar diperdagangkan dengan diskon, tetapi toko perhiasan masih enggan melakukan pembelian besar," kata Chanda Venkatesh, direktur pelaksana CapsGold, pedagang emas batangan yang berbasis di Hyderabad.

Emas berjangka India sekitar 40.000 rupee (563 dolar AS) per 10 gram pada Jumat (24/1/2020), mendekati rekor tertinggi 41.293 rupee.

"Permintaan musim pernikahan dapat mulai meningkat dalam beberapa minggu mendatang jika harga sedikit membaik," kata Daman Prakash Rathod, seorang direktur di MNC Bullion, pedagang grosir di Chennai.

Baca juga: Korban meninggal di China akibat virus corona bertambah jadi 41

Para pedagang juga menunggu anggaran sebelum melakukan pembelian dalam jumlah besar, kata seorang dealer di bank impor emas batangan yang berbasis di Mumbai.

India telah menaikkan pajak impor untuk emas dalam anggaran sebelumnya. Anggaran berikutnya akan disajikan pada 1 Februari.

Premi di Singapura turun menjadi 0,5-0,6 dolar AS, dari 0,60-0,80 dolar AS minggu lalu, kata satu sumber perdagangan. Emas di Jepang dijual dengan premi sekitar 0,50 dolar AS per ounce.

Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2020