Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menargetkan untuk memproduksi ikan hias, yang merupakan salah satu komoditas sumber devisa untuk menopang pertumbuhan ekonomi nasional, hingga sebanyak 1,8 miliar ekor pada tahun 2020 ini.Lebih dari 650 jenis ikan hias (tawar, dan laut) ada di perairan kita
"Saya kira, kita akan mampu genjot produksi. Keunggulan kita, pertama potensi pengembangan dan varian komoditas bernilai ekonomis tinggi yang besar. Lebih dari 650 jenis ikan hias (tawar, dan laut) ada di perairan kita," kata Dirjen Perikanan Budidaya KKP Slamet Soebjakto dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Sabtu.
Menurut Slamet Soebjakto, saat ini kontribusi ekonomi ikan hias terhadap nilai ekspor produk perikanan mencapai 0,66 persen. Slamet juga memastikan KKP akan mendorong strategi khususnya penguatan di hulu yakni dengan terus menggenjot produksi ikan hias bernilai ekonomis tinggi.
Oleh karenanya, ujar dia, pemanfaatan untuk jenis ekonomis tinggi akan terus didorong apalagi saat ini upaya perekayasaan teknologi dinilai sudah berkembang dengan baik.
Baca juga: KKP harapkan ikan hias jadi sektor penggerak utama
Slamet menambahkan saat ini KKP bersama dengan lintas sektoral terkait tengah menyempurnakan peta jalan (road map) percepatan industrialisasi ikan hias nasional.
"Road map ini akan memetakan berbagai strategi konkrit yang meliputi percepatan produksi, pengaturan tata niaga, penguatan daya saing dan nilai tambah, investasi, serta perluasan dan penguatan pasar ekspor," kata Dirjen Perikanan Budidaya KKP.
Slamet juga membeberkan bahwa selama kurun waktu 2012 hingga 2018, produksi ikan hias nasional tumbuh rata-rata sebesar 5,05 persen per tahun. Tahun 2012 produksi mencapai 938,47 juta ekor dan naik pada tahun 2018 menjadi 1,19 miliar ekor.
Baca juga: Pelaku usaha ikan hias diharap laporkan hambatan perizinan dan ekspor
Ia mengingatkan saat ini telah banyak pula jenis ikan hias yang dikembangkan secara massal di Indonesia, seperti varian clownfish, dan banggai kardinal. Ikan hias juga dinilai saat ini menjadi usaha yang sangat menjanjikan di kalangan masyarakat.
"Jadi, Pemerintah tinggal siapkan regulasi dan memfasilitasi akses apa yang dibutuhkan pelaku usaha, selanjutnya mereka akan berkembang dengan sendirinya," jelas Slamet.
Mengenai strategi, Slamet menjelaskan bahwa KKP telah menyiapkan langkah konkrit yang fokus utamanya pada peningkatan produksi di hulu, peningkatan nilai tambah dan daya saing impor.
Baca juga: Asosiasi sebut pemerintah perlu bantu pendanaan pameran ikan hias
Pada tataran di hulu, KKP terus mendorong penerapan inovasi teknologi yang fokus pada peningkatan efisiensi dan produktivitas. Salah satu teknologi yang dikembangkan adalah sistem Recirculating Aquaculture System (RAS), dimana sistem ini mampu menggenjot produktivitas hingga 100 kali lipat dibanding konvensional.
Ia menambahkan, bahwa paket teknologi RAS ini dapat diadopsi secara massal oleh masyarakat yakni dengan sistem mini RAS. "Agar ini juga lebih memasyarakat, kami juga merancang mini RAS dan saat ini telah banyak diadopsi, seperti di Ambon dengan Kampung Nemonya," kata Slamet.
Baca juga: Kemenko Maritim dan Investasi pangkas regulasi usaha ikan hias
Di samping itu, ujar dia, penyediaan induk dan benih unggul menjadi fokus yang akan didorong dalam lima tahun ke depan. Sedangkan pada tataran hilir, KKP bersama sektor terkait akan fokus pada perbaikan tata kelola niaga yang lebih efisien khususnya berkaitan dengan masalah distribusi dan biaya logistik yang masih tinggi.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat kinerja perdagangan ikan hias dalam kurun waktu tahun 2012 sampai semester 1 tahun 2019 terus mengalami peningkatan. Tahun 2012 nilai ekspor ikan hias mencapai 21,01 juta dolar AS, sementara tahun 2018 mencapai 32,23 juta dolar.
Baca juga: Menteri Edhy pastikan pemerintah fasilitasi pembudidaya ikan hias
Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2020