"Patahan dapat terbentuk akibat adanya gaya pada batuan baik berupa gaya yang menekan, gaya yang menarik, maupun kombinasi keduanya sehingga batuan tidak mampu lagi menahan gaya tersebut," kata Kasie Data dan Informasi BMKG setempat, Andi Azhar Rusdin di Ambon, Senin.
Dia mengatakan munculnya patahan baru di wilayah Kairatu ini menjadi zona duga sesar utama yang menyebabkan terjadinya gempa tektonik bermagnitudo 6,5 pada 26 September 2019 yang mengguncang tiga pulau yakni Seram Bagian Barat (Kairatu), Pulau Ambon, serta Pulau Haruku (Malteng).
"Dikatakan sebagai zona duga sesar baru karena memang selama ini tidak pernah teridentifikasi sebelumnya dalam peta geologi," kata Andi Azhar.
Baca juga: BNPB akan sampaikan rekomendasi upaya mitigasi gempa di Maluku
Baca juga: BNPB - ITB temukan zona sesar baru penyebab gempa Maluku
Baca juga: BMKG: Gempa Ternate magnitudo 5,6 akibat sesar lempeng laut Maluku
Munculnya zona duga sesar utama ini diketahui setelah BMKG bersama BNPB dan Institut Teknologi Bandung melakukan pemantauan dan analisa sejak 18 Oktober hingga 15 Desember 2019 kemarin.
Pemantauan ini dilakukan dengan cara memasang 11 unit seismograf dari ITB yang dipasang di Pulau Ambon (empat unit), Pulau Haruku (satu unit), Pulau Saparua (dua unit) serta empat unit lainnya di Kabupaten SBB, ditambah empat unit seismograf permanen milik BMKG.
"Dalam penelitian ini, BMKG juga turut serta dan ada data seismograph kami yang digunakan serta adanya tim analisa dari BMKG," ujarnya.
Sehingga teridentifikasi kelurusan zona duga sesar utama dengan arah Utara-Selatan dari Kairatu, Kabupaten Seram Bagian Barat (SBB) hingga Selat Haruku, Kabupaten Maluku Tengah dengan panjang segmen sekitar 35 kilometer.
Dia juga menjelaskan sesuai analisa data hasil pengamatan distribusi lokasi hiposenter gempa susulan menunjukkan potensi zona duga sesar meliputi wilayah Kota Ambon, Kabupaten Maluku Tengah dan Kabupaten SBB.
Kemudian juga teridentifikasi beberapa zona duga sesar sekunder di sebelah Timur Pulau Ambon dengan arah Timur Laut - Barat Daya (NE-SW) dan Barat Laut-Tenggara (NW-SE) dimana lokasi dan arahnya sesuai identifikasi zona sesar dari peta geologi tahun 1993 lalu.*
Baca juga: BMKG: Gempa Maluku Utara akibat pergeseran Sesar Sorong-Bacan
Baca juga: Gempa Ternate akibat sesar lempeng Laut Maluku
Baca juga: Gempa Bitung Sulut akibat sesar lempeng Laut Maluku
Pewarta: Daniel Leonard
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2020