Indeks acuan S&P 500 mengalami kinerja mingguan terburuk sejak September pada pekan lalu, ketika China mengisolasi beberapa kota dan menghentikan perjalanan, mengingatkan investor akan virus SARS mematikan yang menewaskan hampir 800 orang pada 2002-2003 dan menelan kerugian miliaran ekonomi global.
Namun, beberapa investor melihat dampak ekonomi jangka panjang sebagai tidak mungkin, mengingat pengalaman masa lalu dengan wabah virus.
"Semua ini sangat berlebihan," kata Stephen Massocca, wakil presiden senior di Wedbush Securities di San Francisco.
“Tampaknya bagi saya orang China melakukan pekerjaan yang jauh lebih baik untuk mengatasinya daripada dengan SARS dan apa yang akhirnya menyebabkan SARS? Apakah itu menyebabkan semacam bencana ekonomi -- tidak.”
Baca juga: Wall Street ditutup jatuh saat virus China mencapai Amerika Serikat
Setelah wabah SARS ( Severe Acute Respiratory Syndrome) 2003, S&P menguat lebih dari 10 persen dari awal wabah hingga pengumuman upaya mengatasinya.
Saham yang terkait dengan perjalanan, termasuk maskapai penerbangan, kasino dan hotel, termasuk yang paling terpukul di Wall Street, sementara saham sektor terpapar pertumbuhan China, termasuk teknologi, material dan energi menekan pasar.
Laba perusahaan diperkirakan menunjukkan penurunan 0,5 persen untuk kuartal keempat, menurut data Refinitiv. Dari 87 perusahaan yang telah melaporkan pada Senin pagi (27/1/2020), tercatat 67,8 telah melampaui harapan, di bawah tingkat 74 persen pada kuartal empat terakhir.
Baca juga: Didukung Wall Street, bursa saham Tokyo dibuka lebih tinggi
Indeks Dow Jones Industrial Average anjlok 453,93 poin atau 1,57 persen, menjadi berakhir pada 28.535,80 poin. Indeks S&P 500 turun 51,84 poin atau 1,57 persen, menjadi ditutup di 3.243,63 poin. Indeks Komposit Nasdaq berkurang 175,60 poin atau 1,89 persen, menjadi berakhir di 9.139,31 poin.
Dow dan S&P mengalami persentase penurunan satu hari terbesar sejak 2 Oktober, sedangkan penurunan Nasdaq adalah yang terbesar sejak 23 Agustus. Indikator rasa takut Wall Street, indeks Volatilitas CBOE mencapai 19,02, tertinggi sejak 10 Oktober.
Semua 11 sektor utama S&P 500 berakhir lebih rendah, dengan energi dan teknologi masing-masing turun 2,6 persen dan 2,29 persen, memimpin kerugian.
Baca juga: Wall Street bergerak bervariasi di tengah data pekerjaan mengecewakan
Saham-saham teknologi dan internet kelas berat yang telah mendukung reli baru-baru ini termasuk Apple Inc, Microsoft Corp, Alphabet Inc dan Amazon.com Inc, yang menyumbang sekitar 15 persen dari bobot S&P 500, kehilangan setidaknya 1,60 persen.
Saham-saham terkait perjalanan berada di bawah tekanan di tengah meningkatnya kekhawatiran terhadap virus korona baru, dengan American Airlines jatuh 5,54 persen. Sementara United Airlines dan Delta Air Lines, masing-masing turun 5,21 persen dan 3,37 persen.
Baca juga: Wall Street dibuka lebih tinggi didukung kenaikan saham Boeing
Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2020