Kementerian ESDM targetkan lifting 743 ribu bph

29 Januari 2020 01:15 WIB
Kementerian ESDM targetkan lifting 743 ribu bph
Ilustrasi - VP Supply Export Operation PT Pertamina Agus Witjaksono (kedua kanan) bersama Senior VP PGPA PT CPI Wahyu Budiarto (kanan) dan rombongan menekan tombol sirene sebagai tanda peresmian lifting perdana minyak mentah (crude oil) di Terminal Oil Wharf No.1 Pelabuhan PT CPI di Dumai, Riau, Selasa (15-1-2019). ANTARA FOTO/Aswaddy Hamid/nz.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menargetkan lifting atau produksi siap jual minyak sebesar 743.000 barel per hari (bph) pada tahun 2024.

Capian target ini ditetapkan dalam data pembangunan dan target rencana strategis Kementerian ESDM dalam periode 5 tahun mendatang, berdasarkan data yang diterima ANTARA di Jakarta, Rabu dini hari.

"Kami akan memanfaatkan sumur-sumur (minyak) yang sudah lama ditinggalkan atau sumur tua untuk bisa diproduksi kembali dengan memanfaatkan teknologi-teknologi yang ada, seperti Enhanced Oil Recovery (EOR) atau biochemical surfactant," kata Menteri ESDM Arifin Tasrif.

Program EOR, kata Arifin, diproyeksikan membutuhkan waktu lebih lama dan dilakukan secara bertahap dengan menyesuaikan karakter subsurface yang ada di Wilayah Kerja (WK) Migas.

Baca juga: Kementerian ESDM dorong inovasi tingkatkan cadangan dan lifting migas

Baca juga: 12 proyek migas dijadwalkan berjalan pada 2020


"Memang, kami membutuhkan waktu yang cukup lama untuk bisa dapat mendapatkan sumber formula yang tepat tentang komposisi EOR ataupun biochemical," katanya menjelaskan.

Sesuai dengan proyeksi Pemerintah, Lapangan Ande-Ande Lumut di Natuna bisa menjadi pendongkrak lifting minyak pada tahun 2023 sebesar 25 bpd.

Terdapat pula dua sumber lain yang jadi andalan, yakni Indonesia Deepwater Development/IDD (23 bpd pada tahun 2024) dan Lapangan Abadi, Blok Masela (36 bpd pada tahun 2027).

"Sisanya kami bisa mempercepat cekungan-cekungan WK yang masih ada di kawasan kita," ungkap Arifin.

Lebih lanjut, Arifin menyebutkan potensi lain dari penggalian batuan sumber (source rock) kendati membutuhkan biaya eksplorasi yang lebih mahal.

"Cost-nya lebih mahal tetapi teknologi bisa mengatasi," kata Arifin menegaskan.

Baca juga: Lifting migas nasional hanya capai 90,5 persen dari target APBN

Saat ini Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi "LEMIGAS" tengah melakukan upaya-upaya serupa dengan memanfaatkan teknologi yang ada, kemudian menawarkan hasil penelitian kepada pemilik-pemilik WK Migas.

"Yang mau memanfaatkan teknologi ini bisa di-scale up dahulu dengan konsep no gain, no pain," kata Arifin.

Pewarta: Afut Syafril Nursyirwan
Editor: D.Dj. Kliwantoro
Copyright © ANTARA 2020